Oleh Mohammad Adlany, Ph.D. (Anggota Dewan Syura IJABI)
Menelusuri Akar Pikir Manusia tentang Hidup dan Kebenaran
Pernahkah kamu bertanya dalam hati: “Siapa aku sebenarnya?”, “Dari mana asal segala sesuatu?”, atau “Mengapa hidup ini terasa begitu rumit?” Jika iya, maka tanpa sadar kamu sedang memulai perjalanan filosofis.
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang berarti “cinta akan kebijaksanaan”. Filsafat bukan tentang menghafal teori-teori rumit atau berdiskusi dalam ruang kelas semata. Lebih dalam dari itu, filsafat adalah cara manusia mencari makna, kebenaran, dan arah hidup.
Filsafat itu bertanya dan mempertanyakan. Berbeda dengan ilmu lain yang sering fokus pada hal-hal teknis, filsafat justru fokus pada pertanyaan paling mendasar dan universal, seperti: Apa itu kebenaran? Apa makna hidup? Apakah Tuhan ada? Apa itu keadilan? Apakah kita benar-benar bebas dalam memilih?
Filsafat tidak memberikan jawaban instan. Ia mengajak kita berpikir lebih dalam, merenung, dan tidak cepat puas dengan jawaban seadanya. Filsafat mengasah kemampuan kita untuk berpikir kritis, logis, dan jujur terhadap realitas.
Tanpa disadari, filsafat hadir dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita mempertimbangkan baik-buruk sebuah tindakan, itu etika. Saat kita memikirkan apakah sesuatu itu nyata atau hanya ilusi, itu metafisika. Dan ketika kita menguji apakah sebuah pendapat masuk akal atau tidak, itu logika.
Misalnya, saat kamu berkata, “Kita harus jujur karena itu penting.” Filsafat akan bertanya, mengapa kejujuran itu penting? Apa dasar nilai tersebut? Apakah nilai itu berlaku universal atau kontekstual?
Banyak orang mengira filsafat hanya milik Plato, Aristoteles, Al-Farabi, atau Mulla Sadra. Padahal sejatinya, setiap orang yang mau berpikir mendalam, bertanya tentang hidup, dan tidak puas dengan jawaban seadanya—sudah menjadi seorang filsuf dalam hidupnya.
Filsafat bukan untuk membuat hidup jadi rumit, tapi justru untuk memahami kompleksitas hidup secara lebih bijaksana.
Filsafat itu bukan sekadar teori, tapi jalan hidup. Filsafat membantu kita melihat hidup lebih jernih. Ia bukan sekadar kumpulan ide di atas kertas, tapi panduan agar kita tidak asal ikut-ikutan. Dalam dunia yang penuh informasi dan kebisingan, filsafat membantu kita: membedakan mana yang masuk akal dan mana yang manipulatif, mempertanyakan hal yang dianggap “biasa”, mencari makna di balik rutinitas sehari-hari, dan berdiri teguh atas nilai-nilai, bukan tren
Mengapa kita butuh filsafat?
Berikut beberapa alasan mengapa filsafat penting, bahkan di zaman sekarang:
1. Filsafat membentuk cara berpikir kritis. Filsafat mengajarkan kita untuk tidak mudah percaya begitu saja. Kita belajar mempertanyakan, menguji argumen, dan tidak gampang ditipu oleh retorika kosong.
2. Filsafat membantu menemukan makna. Hidup bukan hanya soal kerja, makan, dan tidur. Kita butuh makna. Filsafat membuka jalan untuk mengenal diri sendiri, tujuan hidup, dan arah eksistensi manusia.
3. Filsafat membantu kita menghadapi ketidakpastian. Ketika hidup tidak berjalan sesuai harapan, filsafat membantu kita menerima, memahami, dan bangkit kembali. Ia memberi kedalaman dalam menyikapi penderitaan dan kematian.
4. Filsafat mengajarkan kebijaksanaan. Ilmu membuat kita pintar, tapi filsafat membuat kita bijaksana. Ia mengajarkan nilai-nilai seperti keadilan, kebaikan, keberanian, dan ketulusan—hal-hal yang tak selalu diajarkan di sekolah.
Filsafat itu teman sejati kehidupan. Filsafat bukan sekadar pelajaran di buku. Ia adalah cara hidup, cara kita menyelami makna, memahami dunia, dan mengenal diri sendiri. Dalam kebingungan, filsafat tidak memberi janji kepastian, tetapi ia menawarkan ketenangan lewat pemahaman yang lebih dalam.
Maka, jika kamu pernah merasa hidup ini layak direnungi, maka selamat—kamu sudah berada di jalan para filsuf!