Site icon Majulah IJABI

Kata Nabi (Saw): Mereka Adalah Saudara-saudaraku 

Oleh Habib Ali Umar Al Habsyi (Anggota Dewan Syura IJABI) 

Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Nabi saw bersabda: 

وددتُ أني لقيتُ إخواني ، فقال أصحابُه : أوليسَ نحنُ إخوانَك ؟ قال : أنتم أصحابي ، و لكن إخواني الذين آمنُوا بي و لم يَرَوْنِي. 

“Aku benar ingin sekali berjumpa dengan saudara-saudaraku.” 

Lalu para sahabat beliau berkata: (Wahai Rasulullah), bukankah kami adalah saudara-saudaramu? 

Beliau saw bersabda: Kalian adalah para sahabatku. Tetapi saudara-saudaraku adalah suatu kaum yang beriman kepadaku padahal mereka tidak pernah melihatku. 

Hadis serupa juga diriwayatkan para ulama dari Abu Hurairah. Dan sanad hadis- hadis itu shahih. 

Dengan memperhatikan dua kosa kata yang digunakan Nabi saw kita dapat menyimpulkan betapa mulia dan agung kedudukan Saudara-saudara Nabi saw. Sehingga beliau saw merindukan perjumpaan dengan mereka.  

Dari penggunaan kata Ikhwân menegaskan adanya keimanan mendalam yang menyatukan mereka dengan Nabi saw.  

Sedangkan kata Shâhib yang bentuk jamaknya Ash-hab atau Shahâbah tidak mengharuskan adanya keserasian dalam akidah dan keimanan. Seorang boleh dan sah disebut Shâhib bagi seseorang walaupun ia berbeda akidah dan keimanan. Kisah yang Allah sebutkan dalam ayat 32-44 sebaik-baik bukti penggunaan kata Shâhib untuk makna itu. Dalam ayat 34 dan 37 kata Shâhib digunakan untuk makna teman yang berbeda keyakinan dan akidah… Yang satu beriman sedang yang lainnya kafir.  

Hadis ini juga menjadi isyarat tersirat bahwa Misi Besar Nabi saw tidak berarti telah terwujud sempurna di masa hidup beliau. Akan ada suatu kaum yang datang setelah beliau yang akan beriman kepada beliau dan terus memperjuangkan Agama beliau saw. Karena watak keimanan menuntut perjuangan dan pengorbanan sebagai bukti kesuksesan dalam Ujian Ilahi. Iman akan terus diuji agar menyempurna. Dan yang hanya mengklaim keimanan atau keimanannya lemah, ujian akan menyingkap hakikat mereka.  

Ini bukan berarti adanya keteledoran dari pihak Nabi saw dalam berdakwah dan memperjuangkan Amanat Risalah Allah. Tetapi lebih sebagai sebuah proses panjang yang memang mesti dilalui umat manusia di hadapan Keimanan atau penentangan.  

Sebagai bukti lain, bahwa Misi Besar Nabi saw belum terwujud di masa hidup beliau saw adalah: Sabda-sabda beliau yang mutawâtir dan pasti akan kedatangan Imam Al Mahdi di akhir zaman yang akan meratakan keadilan di seantero dunia (jagad). Keberhasilan Imam Mahdi dalam mewujudkan “impian” dan cita-cita besar Baginda Nabi saw bukan berangkat dari keunggulan Imam Mahdi di atas Baginda Nabi saw. Tetapi dikarenakan, kaum Mukminin di akhir zaman telah memenuhi syarat-syarat kemenangan dari Allah SWT. Itu artinya, bahwa mereka yang berislam di zaman Nabi saw adalah Ash-hâbi/Para Sahabatku, mereka belum mencapai derajat sebagai Ikhwâni. Karena itu pula Nabi saw merindukan Ikhwâni/Saudara-saudaraku. 

Jadi, Umat Islam yang beriman kepada Baginda Nabi saw di akhir zaman itu sebenarnya berpeluang menjadi Ikhwâni yang dirindukan Baginda Nabi saw.  

Semoga kita masuk dalam bagian mereka itu. Âmîn

Exit mobile version