Oleh Habib Ali Umar Al Habsyi (Anggota Dewan Syura IJABI)
Kita telah memasuki bulan Maulid Nabi saw., semua fokus pembicaraan terarah kepada tema kelahiran Baginda Nabi saw. tetapi, saya lebih memilih tema wafat Nabi saw. karena, Pertama, Tema tentang kelahiran Nabi SAW. telah banyak dibicarakan, walaupun tentu membicarakan sejarah dan keagungan Nabi saw. tiada batas. Beliau saw adalah lautan keutamaan dan keagungan. Dan tema wafat beliau tentunya juga termasuk yang menarik untuk diketahui. Kedua, ada kecenderungan dari sebagian untuk menutup rapat-rapat file dokumen sejarah wafat Nabi saw. Entah apa alasan mereka? Padahal ia juga bagian penting dari sejarah hidup Sang Nabi Agung saw.
Sebelumnya telah disebutkan bahwa: Aisyah berkata: “Kami tidak mengetahui pemakaman Nabi saw sehingga kami mendengar suara cangkul-cangkul di tengah malam; Malam Rabo.”
[Sîrâh Ibnu Hisyâm,4/1078, Musnad Ahmad,6/62 dan 242, Sunan al Baihaqi,3/409, Nailul Authâr; asy Syaukâni,4/137 dan banyak sumber terpercaya lain.]Dan bahwa: “Abu Bakar dan Umar tidak menghadiri pemakaman Nabi saw. Mereka berdua berada di kalangan kaum Anshar. Maka Nabi SAW telah dimakamkan sebelum mereka berdua kembali.”
[Al Mushannaf; Ibnu Abi Syaibah,7/432. Terbitan Maktabah ar Rasyîd – Riyadh/Arab Saudi dan 8/572 dalam terbitan Dâr al Fikr-Beirut/Lebanon]Nah, sekarang kita ingin tahu, di mana kaum Anshar? Apakah mereka ikut menghadiri pemakaman jasad suci Nabi saw.? Jika tidak, lalu kemana dan di mana mereka, sehingga tidak ikut serta dalam prosesi pemakaman Nabi saw? Apakah ada sesuatu yang lebih penting dan menyita perhatian mereka lebih dari memakamkan jasad suci Nabi mereka?
Apakah Para Sahabat Mengetahui Pemakaman Jasad Suci Nabi Saw?
Pertanyaan di atas dan semisalnya, serius mencari jawaban. Dan untuk menemukan jawaban atasnya butuh penelusuran dokumen sejarah hari-hari akhir menjelang wafat Nabi saw dan kemudian menelitinya untuk menemukan yang valid dan akurat. Setelahnya barulah bisa disimpulkan. Tetapi tentu tidak sesederhana itu. Menerima kesimpulan berdasarkan data dan dokumen valid membutuhkan kesiapan jiwa dan mental, ketulusan semata demi mencari kebenaran, dan membuang jauh-jauh fanatik dan kecenderungan-kecenderungan subyektif. Dan ini tergantung kesiapan si pengkaji dan peneliti.
Atas dasar itu, kita menemukan dokumen-dokumen sejarah yang melaporkan, di antaranya:
[A] Ketika kaum Anshār mendengar berita wafat Nabi SAW, mereka bergegas berkumpul di Saqifah; di kediaman tokoh mereka bernama Sa’ad bin Ubâdah. Bukhari meriwayatkan:واجتمعت الأنصار إلى سعد بن عبادة في سقيفة بني ساعدة
Kaum Anshar berkumpul kepada Sa’ad bin Ubâdah di Saqifah bani Sâ’idah.
[https://www.islamweb.net/ar/library/index.php?page=bookcontents&ID=6665&bk_no=52&flag=1]Ibu Ishaq melaporkan:
ولما قبض رسول الله «صلىاللهعليهوآله» انحاز هذا الحي من الأنصار إلى سعد بن عبادة في سقيفة بني ساعدة
Dan ketika Rasulullah saw. wafat, suku ini dari kalangan Anshar berpihak/mendatangi Sa’ad bin Ubâdah di Saqifah.
[B] Berita tentang berkumpulnya kaum Anshar terdengar oleh Abu Bakar dan Umar. Yang menyampaikan berita itu adalah Ma’an bin Uwaim bin Sâ’idah. [Ansâb al Asyrâf,2/7 dan ar Riyâdha an Nadhirah; Muhibbuddîn ath Thabari,2/204.]Dan ada yang mengatakan yang membawa kabar kepada Abu Bakar dan Umar adalah Usaid bin Hudhair.
فأتى آت إلى أبي بكر وعمر فقال : إن هذا الحي من الأنصار مع سعد بن عبادة في سقيفة بني ساعدة ، وقد انحازوا إليه ، فإن كان لكم بأمر الناس حاجة فأدركوا قبل أن يتفاقم أمرهم. ورسول الله «صلىاللهعليهوآله» في بيته لم يفرغ من أمره ، قد أغلق دونه الباب أهله.
Maka datanglah seseorang kepada Abu Bakar dan Umar, ia berkata: Sesungguhnya kaum itu dari kalangan Anshar berkumpul bersama Sa’ad bin Ubâdah di Saqifah bani Sâ’idah, mereka berpihak kepadanya. Jika kalian masih memiliki hajat maka cepat susullah/datangi mereka sebelum urusan mereka membesar. Dan saat itu Rasulullah saw di rumah beliau, belum selesai diurus jenazah beliau. Keluarganya menutup pintu.
Jadi:
Demikianlah keadaan kaum Anshar di hari wafat Nabi SAW. Mereka berkumpul di Saqifah dengan tujuan membai’at Sa’ad sebagai Khalifah.
Tetapi?
Tetapi mengapakah mereka berkumpul di Saqifah? Apa yang mendorong mereka mengadakan perkumpulan rahasia itu? Mengapa mereka bergegas untuk menunjuk seorang pemimpin tanpa melibatkan sahabat Muhajirin? Apa yang melatarbelakangi sikap mereka itu?
Semua pertanyaan ini menanti jawaban serius.
Tetapi, sekali lagi, bagaimana keadaan kaum Muhajirin di hari wafat Nabi saw.?
Dokumen-dokumen melaporkan bahwa paling tidak ada dua kelompok di kalangan Sahabat Muhajirin. Satu kelompok berada di dalam kamar tempat jasad suci Rasulullah terbaring. Yaitu bani Hasyim dan beberapa sahabat yang bergabung bersama mereka (al-arkān al-arba’ah), seperti: Ammar bin Yâsir, Abu Dzar al Ghiffâri, Salman al Farisi, Al Miqdad bin al Aswad.
Sementara sekelompok lain, ada yang berduka mendalam seakan tidak percaya akan apa yang terjadi. Seakan mereka tidak sanggup mendengar berita wafat Rasulullah saw. atau karena mereka juga tidak menyangka dan sulit rasanya bagi mereka mendengar perselisihan tajam yang terjadi di Saqifah antara dua kubu yang memperebutkan kekuasaan pasca wafat Nabi saw. sementara jasad Rasulullah saw mereka tinggalkan. Tidak mereka urus.
Barrâ’ bin Âzib menceritakan apa yang terjadi: Ketika orang-orang melakukan apa yang mereka lakukan, aku mengalami kondisi bingung tak terbayangkan, ditambah kesedihan mendalamku akan wafatnya Rasulullah SAW. Aku terus memantau dan memperhatikan wajah-wajah orang-orang. Bani Hasyim telah menyendiri dengan [jasad suci] Rasulullah SAW, untuk memandikan dan marawat jenazah beliau.
[Syarah Nahjul Balâghah; Ibnu Abi al hadîd al Mu’tazili asy Syâfi’i,1/73 dan 2/132.]Catatan:
Insya Allah laporan Barrâ’ bin Âzib akan kita lanjutkan dalam kesempatan lain.
Ibnu Abdil Barr menegaskan: “Tidak diperselisihkan bahwa yang memandikan jenazah Rasulullah saw. adalah Ali, Fadhl bin Abbas. Ali yang memandikan sedangkan Fadhl membantu menuangkan air.”
[At Tamhîd,24/402. Terbitan Kementerian Urusan Waqaf Maroko, dan Majma’ az Zawâid,9/33]Demikianlah yang dilaporkan dalam dokumen-dokumen sejarah wafat Nabi SAW. Mereka meninggalkan jasad Nabi SAW. tidak mengurus jasad suci Nabi SAW kecuali Ahlulbait/keluarga Nabi sendiri. Mereka lebih memilih berkumpul di Saqifah. Hingga mereka pun tidak ikut/menghadiri prosesi pemakaman Nabi mereka.
Innâ lillâhi wa Innâ Ilaihi Râji’ûn.