Penulis : Mohammad Adlany, Ph.D. (Anggota Dewan Syura IJABI)
Imam Ridha as dalam menjelaskan keadaan para hamba terbaik Allah menyebutkan lima sifat utama mereka, dan beliau bersabda:
الَّذینَ إذا أحسَنوا استبشروا و إذا أساؤوا استغفروا و إذا أُعطوا شکروا و إذا ابتُلوا صبروا و إذا غَضِبوا عَفَوا
“Hamba-hamba terbaik adalah mereka yang apabila berbuat baik, mereka bergembira; apabila melakukan kesalahan, mereka memohon ampun kepada Allah; apabila diberi nikmat, mereka bersyukur; apabila tertimpa musibah, mereka bersabar; dan apabila marah, mereka memaafkan.” (Fiqh al-Ridha, karya Syaikh Shaduq, hlm. 354)
Ungkapan bercahaya ini bersumber dari ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan oleh Imam Ridha as untuk membangkitkan kesadaran hamba-hamba Allah, semoga menjadi pelita petunjuk bagi kita semua.
Ciri pertama: Kegembiraan karena Melakukan Kebaikan
Allah Swt berfirman:
قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَٰلِكَ فَلْیَفْرَحُوا هُوَ خَیْرٌ مِمَّا یَجْمَعُونَ
“Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah mereka bergembira. Itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58)
Sifat pertama dari hamba-hamba terbaik menurut sabda Imam Ridha as adalah bahwa ketika mereka melakukan amal kebajikan, mereka merasa bahagia karenanya.
Kegembiraan seseorang dalam berbuat baik bisa muncul dalam tiga keadaan:
1. Pertama, seseorang melakukan amal dengan niat ikhlas dan secara tersembunyi, namun bila amal itu kemudian diketahui orang lain, ia merasa senang.
Keadaan ini bukan yang dimaksud dalam hadis, karena amal yang disertai riya (pamer) adalah batal dan tercemar oleh syirik.
2. Kedua, seseorang melakukan amal tanpa dilihat siapa pun, lalu ia merasa bahagia karena telah berbuat baik semata-mata karena Allah.
Menurut hadis, keadaan seperti ini tidak tercela.
Diriwayatkan bahwa seorang lelaki berkata kepada Rasulullah saw: “Aku melakukan amal saleh secara sembunyi-sembunyi dan tidak suka jika orang lain mengetahuinya. Namun ketika orang lain mengetahuinya, aku merasa senang.” Rasulullah bersabda: “Bagimu ada dua pahala: pahala karena menyembunyikan amal, dan pahala karena amalmu diketahui.”
Imam Muhammad al-Baqir as juga ditanya tentang seseorang yang merasa bahagia ketika amal baiknya diketahui orang lain. Beliau menjawab: “Tidak mengapa. Tidak ada seorang pun yang tidak senang jika Allah menampakkan amal baiknya di hadapan manusia, sekalipun ia tidak melakukannya demi hal itu.” (Jami‘ al-Sa‘adat, jilid 3, hlm. 507)
Dari dua riwayat ini dapat dipahami bahwa rasa bahagia yang timbul karena hal-hal seperti itu tidaklah dilarang, selama niat awalnya bukan untuk dipuji atau diakui manusia.
3. Ketiga, seseorang melakukan amal tanpa dilihat siapa pun, dan rasa gembiranya muncul karena ia merasa mendapat keridaan Allah.
Kegembiraan seperti ini bersifat murni spiritual dan ruhani, bukan karena riya, bukan karena ‘ujub (bangga diri), melainkan karena jiwanya merasakan kedekatan dan kerelaan Ilahi setelah melakukan amal kebajikan.
Maka, kegembiraan sejati dari amal saleh adalah kegembiraan karena Allah ridha, bukan karena manusia memuji.
Inilah tanda kebersihan hati dan salah satu ciri dari hamba-hamba terbaik Allah menurut Imam Ridha as.
Berlanjut…

