Site icon Majulah IJABI

Mengapa Syi’ah Ngotot Melestarikan Sepanjang Masa, Tradisi Meratapi Al Husain as.

Oleh : Habib Ali Umar Al-Habsyi, Anggota Dewan Syura IJABI

Motivasi Kelima: Meneladani Para Imam Suci Ahlulbait as.

Islam dalam menyampaikan pesan-pesan fundamentalnya tidak hanya mencukupkan dengan sekedar penjelasan dan manifesto dan memaparkan filosofi dari setiap butir ajarannya, tetapi juga mengandalkan keberadaan wujud konkret dari keteladanan atas semua kebenaran yang disampaikannya. Para nabi dan rasul as, selain sebagai penyampai Ajaran Suci Ilahi, mereka juga sebagai teladan yang meneladankan praktik nyata keindahan kebenaran ajaran Tuhan. Mereka adalah Duta-duta Allah SWT. 

Demikian juga dengan para Imam Suci dari Ahlulbait Nabi Muhammad saw, mereka adalah Teladan Sempurna dalam semua aspek kehidupan. 

Di antara motivasi penting yang mendorong kaum Muslim Syi’ah dalam melestarikan Tradisi Berduka dan Meratapi Al Husain as dan selalu mengenang Mega Tragedi Karbala adalah meneladani para Imam Suci dari ‘Itrah Ahlulbait as. 

Terlalu banyak riwayat yang menyebutkan bagaimana para Imam Suci Ahlulbait as selalu mengenang Tragedi Karbala yang menimpa Imam Al Husain dan Keluarga Suci Nabi saw. Mulai dari Imam Ali Zainal Abidin as -sebagai saksi hidup- yang langsung dengan mata kepala beliau, menyaksikan kebiadaban musuh-musuh Al Husain; ayahnya di padang Karbala, hingga para Imam Suci dari keturunan beliau. 

Keteladanan Imam Ali Zainal Abidin as.

Diriwayatkan bahwa setelah peristiwa Karbala, Imam Ali Zainal Abidin as selalu menangisi ayahnya selama empat puluh tahun. Setiap ada kesempatan, beliau mengenangnya; di saat makanan dan minuman dihidangkan di hadapan beliau, beliau meneteskan air mata mengenang Al Husain as. Sampai-sampai pembantu yang melayani beliau berkata: ‘Wahai Tuanku, wahai Putra Rasulullah, silahkan dimakan hidangan ini.’ Beliau as menjawab, ‘Bagaimana aku bisa makan dengan nikmat sedangkan ayahku; putra Rasulullah, di Hari Asyura terbunuh dalam keadaan haus dan lapar.’ Beliau mengucapkannya berulang kali sambil menangis sehingga makanan itu terbasahi oleh tetesan deras air mata beliau. Lalu beliau sengaja mencampur minuman yang disediakan itu dengan air mata kesedihan dan duka atas Al Husain as. Demikianlah kebiasaan beliau hingga ajal menjemput beliau. 

(Al Luhûf Fî Qatli ath Thufûf; Sayyid Ibnu Thâwus:121

Imam Ali Zainal Abidin as juga selalu mengingatkan dan mengembalikan ingatan kaum Muslimin terhadap kebiadaban yang menimpa Al Husain as. 

Keteladanan Imam Muhammad Al Baqir as.

Demikian pula dengan putra beliau; Imam Muhammad Al Baqir as. Diriwayatkan seringkali di rumah beliau digelar majelis duka untuk Al Husain as dengan kehadiran para penyair yang me-nasyidkan biat-bait duka mengenang Tragedi Karbala dan keteraniayaan Al Husain dan Keluarga Suci Nabi as dan Bani Hasyim ra. Beliau menangis, dan juga semua penghuni rumah, baik para wanita dan anak-anak. 

Keteladanan Imam Ja’far Ash Shadiq as.

Diriwayatkan, pada suatu hari Abdullah bin Sinân masuk ke rumah Imam Ja’far as untuk menemui beliau, saat itu bertepatan dengan Hari Asyura, tiba-tiba, kata Abdullah, aku mendapati beliau as tampak sedih sekali, air mata berlinang dari kelopak mata beliau bak permata yang berjatuhan. Maka aku katakan, “Wahai Putra Rasulullah, karena apa tangisanmu ini? ” Semoga Allah tidak membuat kedua matamu menangis.

Maka beliau as bersabda: Apakah engkau lupa? Tidaklah engkau tahu bahwa Al Husain bin Ali dibantai di hari seperti hari ini?… 

Setelah menjelaskan apa yang terjadi pada Al Husain dan keluarga Nabi as di paruh hari setelah dzuhur pada Hari Asyura, beliau as menangis sehingga janggut beliau terbasahi oleh air mata deras yang mengalir. 

(Mushbâh Al Mutahajjid; Syeikh ath Thûsi:782) 

Keteladanan Imam Musa Al Kadzim as.

Imam Ali ar Ridha as menuturkan, ” Adalah ayahku -shalawat Allah atasnya- apabila telah memasuki bulan Muharram tidak pernah tampak tertawa. Duka menyelimuti hari-harinya. Sehingga berlangsung sepuluh hari. Maka apabila pada hari kesepuluh itulah puncak hari musibah, kesedihan dan duka beliau.

Beliau as berkata: ‘Di hari ini Al Husain

 -shalawat Allah atasnya- terbunuh. 

(Amâly; Syeikh Shadûq: 191 dan Raudhah Al Wâidzîn; Al Fattâl:169) 

Dan masih banyak riwayat lain yang menyebutkan bagaimana Para Imam Ahlulbait dan Keluarga Besar   Ahlulbait Nabi as berduka dan meratapi Al Husain aa dan menjadikan Hari Asyura adalah Hari Duka dan Kesedihan. 

Dan pada artikel sebelumnya kita juga telah membaca beberapa riwayat lain tentangnya. 

Semoga Allah membimbing dan meneguhkan hati kita semua untuk mampu meneladani manusia-manusia suci yang Allah tunjuk sebagai Pemimpin dan Teladan Terbaik bagi Umat Islam.

(Bersambung Insya Allah)

Exit mobile version