Oleh: Habib Ali Umar Al-Habsyi, Anggota Dewan Syura IJABI
Mereka yang bersedih dan menangis di dunia karena takut kepada Allah dan juga kerinduan kepada KeMaha-Lembutan Kasih Sayang Allah, kelak di akhirat ia akan mendapatkan kebahagiaan abadi dan kenikmatan tiada batas di sisi KeMaha-Rajaan Allah.
Imam Muhammad Al Baqir as meriwayatkan dari Rasulullah saw, beliau saw bersabda:
كُلُّ عَيْنٍ بَاكِيَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلَّا ثَلَاثَ أَعْيُنٍ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللَّهِ وَ عَيْنٌ غُضَّتْ عَنْ مَحَارِمِ اللَّهِ وَ عَيْنٌ بَاتَتْ سَاهِرَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ.
Semua mata akan menangis pada hari kiamat kecuali tiga mata; mata yang menangis karena takut berbalut pengagungan kepada Allah, mata yang dipejamkan dari melihat obyek pandang yang diharamkan dan mata yang tidak tidur malam berjaga di Jalan Allah.
(Al Khishâl, Hadis no. 46)
Jadi menangis karena takut kepada Allah dan karena KeMaha-agungan-Nya adalah tanda hidupnya hati dan bukti kesadaran hamba akan kelemahannya. Air mata hamba delegasinya menuju gerbang kebahagiaan abadinya di kehidupan akan datang di akhirat nanti.
Sementara, mereka yang terlena dalam tawa canda dan lupa diri akibat lupa Tuhan berakibat buruk… Tercabutnya kesadaran diri dan jauh dari perhatian Allah.
Karena itu, ‘Budaya Menangis’ di tengah-tengah kaum Muslimin Syi’ah, khususnya di Bulan Muharram untuk mengenang Mega Tragedi yang menimpa kaum Muslimin dengan terbantainya cucu terkasih Baginda Nabi Muhammad saw adalah media pendidikan dan penyadaran serta membangun jiwa imani sejati yang mengembalikan kompas kehidupan ke atas rel-nya yang benar.
(Bersambung Insya Allah)