Site icon Majulah IJABI

Nasihat Wali Faqih. (19).

Oleh Habib Ali Umar Al Habsyi (Anggota Dewan Syura IJABI)

Hakikat Kezuhudan

Di antara mutiara hikmah dan nasihat Imam Ali as:

 الزَّاهِدُ فِي الدُّنْيَا مَنْ لَمْ يَغْلِبِ الْحَرَامُ صَبْرَهُ وَلَمْ يَشْغَلِ الْحَلَالُ شُكْرَهُ.

Orang yang zuhud terhadap dunia adalah orang yang kesabarannya tidak dapat dikalahkan oleh (keinginan untuk melakukan) hal-hal yang haram dan  disibukkan oleh hal-hal yang halal sehingga ia mensyukurinya.

(Tuhaful ‘Uqûl: 200) 

Zuhud menurut pandangan Islam dan yang juga dianjurkan oleh para imam ma’shūm as. memiliki dua aspek:

1. Seseorang harus sabar dan teguh dalam menghadapi godaan setan dan  kecenderungan-kecenderungan kebinatangan dan dorongannya yang dapat mendorongnya untuk melakukan hal-hal yang haram. Sehingga ia menjadi menang, bukan malah kalah, dan menjadi kuasa dan mampu tegak berdiri menghadapinya dengan penuh kesabaran dan keteguhan. 

2. Seseorang tidak boleh disibukkan oleh nikmat-nikmat Allah sehingga lupa untuk bersyukur kepada Allah. Manusia tidak boleh lupa dan harus selalu ingat untuk mensyukuri nikmat-nikmat itu, dan dari mana sebenarnya datangnya, dan siapa yang memberikannya?Karena dampak buruk kelalaian dari bersyukur dapat membawa manusia ke dalam bahaya yang besar.

(Kalîmat Mudhîah: 163-164) 

Semoga Allah selalu memberikan kita kesabaran dari menerjang dosa dan batasan-batasan larangan-Nya, dan agar selalu bersyukur atas limpahan nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga, dan selalu menyertai dan meliputi sekujur kehidupan kita. Âmîn yâ Rabbal ‘Âlamîn.

Exit mobile version