Oleh Habib Ali Umar Al Habsyi (Anggota Dewan Syura IJABI)
Dua Hal Yang Nabi saw Takutkan Atas Umat Islam.
Telah diriwayatkan dari Nabi Muhammad saw.:
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَتَخَوَّفُ عَلَى أُمَّتِي الْهَوَى وَطُولُ الْأَمَلِ أَمَا الْهَوَى فَيَصُدُّ عَنِ الْحَقِّ وَأَمَّا طُولُ الْأَمَلِ فَيُنْسِي الْآخِرَةَ.
Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas umatku adalah hawa nafsu dan panjang angan-angan. Adapun hawa nafsu dapat menghalangi dari kebenaran, dan adapun panjang angan-angan dapat membuat lupa akan akhirat.
(Al Khishâl/Bab Al Itsnain/Hadis no. 63)
Dari sudut pandang Nabi Muhammad saw, ada dua masalah yang paling utama di antara berbagai masalah dan penyakit sosial dan psikologis yang mengancam umat Islam, yaitu:
1. Menyembah/mengikuti hawa nafsu
2. Panjang angan-angan dan harapan yang tidak berdasar, di mana seseorang merencanakan masa depannya dengan cara yang tidak pasti, dengan perencanaan dan pengaturan, seperti jika dia melakukan perdagangan dan mendapatkan keuntungan, maka dia akan membeli rumah, kemudian menjualnya dan membeli rumah lain yang lebih besar dan luas, dan seterusnya.
Bahaya mengikuti hawa nafsu adalah bahwa seseorang dapat menyimpang dari jalan yang benar, meskipun jalan yang benar itu jelas dan terang di depan mata, namun dia tidak mau mengikutinya. Bahkan, terkadang ketertarikan seseorang pada hawa nafsu membuatnya tidak dapat memahami kebenaran sama sekali.
Sementara itu, bahaya panjang angan-angan adalah bahwa seseorang dapat lupa akan tujuan utama hidupnya dan membuatnya sibuk dengan hal-hal yang tidak penting, padahal seharusnya dia mempersiapkan diri untuk kehidupan yang sebenarnya dan lebih penting.
Contohnya, jika seseorang datang ke universitas untuk menuntut ilmu dan memastikan masa depannya, namun dia malah sibuk melihat-lihat pepohonan, bunga, dan bangunan di kampus, dan melupakan tujuan utamanya, maka dia telah kehilangan fokus yang seharusnya menjadi prioritas utamanya.
Demikian pula dalam kehidupan ini, jika seseorang terlalu fokus pada urusan duniawi seperti mencari rumah yang nyaman, kendaraan yang baik, dan pekerjaan yang mapan, maka dia akan melupakan tujuan utama hidupnya.
Sumber: Kalimât Mudhîah: 54-55.