Oleh Habib Ali Umar Al Habsyi (Anggota Dewan Syura IJABI)
Kesabaran Mengubah Musibah Menjadi Media Pahala.
Di antara hikmah Abu Abdillah (ash Shadiq) as.:.
يَا إِسْحَاقُ لَا تَعُدَّنَّ مُصِيبَةً أُعْطِيتَ عَلَيْهَا الصَّبْرَ وَاسْتَوْجَبْتَ عَلَيْهَا مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ الثَّوَابَ إِنَّمَا الْمُصِيبَةُ الَّتِي يُحْرَمُ صَاحِبُهَا أَجْرَهَا وَثَوَابَهَا إِذَا لَمْ يَصْبِرْ عِنْدَ نُزُولِهَا.
Jangan engkau menganggap musibah (yang menimpamu) itu (sebagai musibah) apabila engkau dikarunia kesabaran atasnya dan engkau berhak memperoleh pahala dari Allah atasnya. Sesungguhnya musibah yang sebenarnya itu ialah ketika seseorang terhalang dari pahala atasnya karena ia tidak bersabar saat musibah itu turun/menimpanya.
(Tuhaful ‘Uqûl:375)
Musibah yang sebenarnya itu adalah ketika seorang mengalami peristiwa-peristiwa yang sulit dan tidak ia sukai, ia kehilangan kemampuan untuk memikulnya, lalu ia tidak sabar atasnya dan menampakkan kesedihan berlebihan dan tidak bersyukur. Akibatnya ia terhalang dari memperoleh pahala atas musibah itu.
Adapun musibah yang seorang mampu bersabar atasnya -dengan taufiq dari Allah SWT- saat itu menimpanya, dan sanggup memikulnya serta tidak larut dalam kegundahan atasnya, -dan berkat mujâhadah/upaya mendidik diri dan menundukkannya- ia berhak memperoleh pahala ilahi, maka pada hakikatnya ia bukanlah musibah. Tetapi ia adalah nikmat.
(Kalimât Mudhîah:126-127)
Ya Allah, Barikan kami kekuatan kesabaran yang dengannya kami tangguh dalam menghadapi berbagai cobaan dan musibah, agar kami berhak mendapat pahala-Mu. Âmîn.