Khazanah

Arti Tangisan dan Ratapanmu untuk Al-Husain as.

Oleh Habib Ali Umar Al-Habsyi, Anggota Dewan Syura IJABI

Dalam mengenang Tragedi Karbala, ada dua dimensi yang saling melengkapi yang perlu diperhatikan; dimensi duka, kesedihan dan ratapan, dan dimensi intelektual yang bertujuan menggali pelajaran dan ‘Ibrah untuk kesempurnaan keteladanan dalam kehidupan kita sebagai Muslim. 

Menyepelekan salah satu dimensinya untuk kepentingan dimensi lain dapat saja memandulkan tujuan mengabadikan Tragedi Karbala dan merawat ingatan akan apa yang terjadi dan menimpa Al Husain as dan Keluarga Suci Baginda Nabi Muhammad, saw. 

Sepuluh hari atau sepuluh malam, dari awal masuknya bulan Muharram hingga puncaknya di Hari Asyura, bahkan mungkin hingga beberapa hari setelahnya, kaum Syi’ah pecinta Al Husain as menggelar Majelis-majelis Duka untuk Al Husain as. Derai air mata membasahi pipi bahkan baju kita. Tepuk dada sebagai ekspresi kesedihan telah ikut menggema di dalamnya. Semua itu baik dan dianjurkan. 

Ceramah Agama pun telah disampaikan seputar Al Husain as; Perjuangan Al Husain as, Tujuan Kebangkitan Al Husain as melawan Yazid, Akhlak Al Husain, Keutamaan Al Husain as dll… Semua itu telah kita lakukan dan lalui. Majelis-majelis Duka Al Husain as adalah MADRASAH, dan kita sebagai peserta didik di dalamnya. 

iklan

Kini giliran kita untuk menilai, apakah kita sebagai peserta didik telah menyelesaikan pemusatan pendidikan selama sepuluh hari atau lebih ini telah berhasil mencerap materi MADRASAH Asyura? Dan kemudian kita mengalami adanya perubahan dalam diri kita dalam meneladani Al Husain as dan nilai-nilai mulia yang beliau ajarkan dan perjuangkan? 

Seberapa besar perubahan yang terjadi dalam diri kita dalam meneladani Al Husain as dan pengikut setia beliau? 
Sudahkah kita meneladani kesetiaan para pengikut Al Husain as? 
Sudahkah kita terciprati semangat ibadah Al Husain dan para pengikut setia beliau? 
Sudahkah kita membangun semangat juang dalam bingkai keikhlasan semata mencari Ridha Allah? Bukan untuk selainnya. Apapun itu namanya! 

Sudahkah kita telah sukses menajamkan Bashirah, Mata Batin kita dalam melihat apa yang sedang terjadi di sekeliling kita, sehingga kita mampu membidik program prioritas dan berjuang untuknya, dan tidak terkecoh oleh isu-isu recehan yang boleh jadi hanya memalingkan kita dari berjuang demi isu utama yang sedang dihadapi? 

Sudahkah kita memulai perubahan diri dalam akhlak kita, dari yang semata berbasis manfaat dan kepentingan individu dan/atau golongan, menuju akhlak kolektif yang berbasis maslahat keummatan? Yang tentu semua itu harus dibangun di atas keikhlasan. 

Sudahkah kita membuang jauh-jauh EGO kita, yang merasa paling mewakili Al Husain as dan pewaris Tragedi Karbala, dan selainnya hanya penumpang gelap di dalamnya? 

Sudahkah kita menjadi peserta didik MADRASAH KARBALA yang lulus dengan perubahan menuju titik kebaikan, keluhuran akhlak dan keindahaan budi pekerti? 

Tentu, tidak mesti perubahan itu kita raih secara signifikan dan paripurna, dalam sekejap mata, seperti yang didapat oleh Al Hurr bin Yazid ar Riyahi, walaupun itu tentu harapan kita. Tetapi perubahan walau hanya secuil, itu adalah sebuah keberhasilan dan capaian gemilang yang patut disyukri dan dirawat.

Sambil menanti momen Asyura tahun yang akan datang untuk kita bisa kembali menjadi peserta didik di MADRASAH ASYURA dalam rangka merenovasi diri menuju kesempurnaan jiwa demi menyambut kehadiran Sang Al Mahdi -semoga Allah menyegerakan kehadiran beliau-. 

Semoga kita menjadi peserta didik MADRASAH ASYURA, yang tidak hanya fasih dan nyaring dalam menangis, memekikkan dengan lantang Yel-yel Karbala`i dan menepuk dada sambil menyeru LABAIKA YA HUSAIN! 

Semoga Al Husain as selalu membimbing kita dalam KAFILAH ABADI BELIAU. Amin.

Habib Ali Umar Al-Habsyi
+ posts
Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berkaitan

Back to top button