
Dalam khazanah ajaran Ahlulbait as, dijelaskan bahwa ruh mukmin di alam Barzakh bukan hanya mengetahui keadaan keluarganya di dunia, tetapi juga dengan izin Allah memiliki kemampuan untuk mengunjungi rumah-rumah mereka di dunia. Kunjungan ruh ini bukanlah dongeng atau khurafat, melainkan realitas spiritual yang didukung oleh berbagai riwayat sahih.
Namun, seberapa sering ruh-ruh itu berkunjung sangat tergantung pada derajat dan kedudukan mereka di sisi Allah Swt. Semakin tinggi kedudukannya, semakin luas dan bebas kunjungannya.
Imam Ja‘far Shadiq as bersabda:
“Sesungguhnya ruh mukmin menziarahi keluarganya. Mereka merasa bahagia saat keluarganya melakukan kebaikan, dan merasa sedih ketika keluarganya melakukan keburukan. Di antara mereka ada yang berkunjung setiap Jumat, dan sebagian lagi berkunjung sesuai dengan derajat mereka di sisi Allah Swt.”
(al-Kāfî, jil. 3, hlm. 230)
Kuantitas Kunjungan Berdasarkan Derajat
Kunjungan ruh mukmin kepada keluarganya bervariasi sesuai tingkat spiritualitas mereka. Seorang sahabat pernah bertanya kepada Imam Mûsâ al-Kâzhim as mengenai hal ini. Beliau menjawab:
“Ya, ruh mukmin menziarahi kerabatnya. Ada yang setiap hari, ada yang dua hari sekali, ada pula yang tiga hari sekali. Derajat yang paling rendah, ia berkunjung setiap hari Jumat.”
(Bihâr al-Anwâr, jil. 6, hlm. 257)iklan
Hadis ini menegaskan bahwa kunjungan paling sedikit yang diperkenankan bagi ruh mukmin adalah sekali dalam sepekan, yaitu pada hari Jumat—hari yang penuh berkah dan limpahan rahmat.

Kunjungan Dua Arah: Kisah Para Arif Billâh
Kebanyakan kunjungan ruh bersifat satu arah—yakni, ruh melihat keluarganya, sementara yang dikunjungi tidak menyadarinya. Namun, ada juga perjumpaan dua arah antara ruh dan manusia hidup. Hal ini dialami oleh sebagian arif billâh seperti:
- Sayyid Qâdhî Thabâthabâ’î
- Ayatullah Behjat
- Syaikh Rajab ‘Alî Khayyâth
Mereka dapat mengunjungi atau bahkan dikunjungi oleh ruh-ruh mukmin yang telah wafat. Pertemuan spiritual semacam ini bukanlah hal aneh bagi mereka yang mencapai derajat ma‘rifah tinggi.
Hujjatul Islâm Sanjari meriwayatkan sebuah kisah menakjubkan:
Seorang ‘arif mengisahkan kunjungannya ke alam Barzakh dan bertemu dengan Allamah Amini—penulis monumental kitab al-Ghadîr, yang menghabiskan lebih dari 50 tahun mengumpulkan referensi dari literatur Ahlus Sunnah. Dalam kunjungan itu, ia melihat Allamah Amini sedang bermain air di Telaga al-Haudh bersama Imam Ali as—ciprat-cipratan air yang menjadi anugerah istimewa dan didambakan seluruh anak Adam as.
Kisah ini menunjukkan betapa tingginya kedudukan sebagian mukmin hingga mereka memperoleh kenikmatan spiritual yang melampaui logika duniawi.
