Al Qur'an

Kemuliaan Manusia 

 Oleh Mohammad Adlany, Ph.D. (Anggota Dewan Syura IJABI) 

Salah satu tema penting dalam Al-Qur’an adalah penegasan tentang kemuliaan eksistensial manusia. Allah Swt tidak hanya menciptakan manusia dalam bentuk terbaik, tetapi juga menempatkannya pada posisi yang dapat disejajarkan dengan malaikat. Hal ini menunjukkan bahwa kemuliaan manusia bukan sekadar anugerah pasif, melainkan sebuah potensi yang menuntut aktualisasi melalui ilmu, iman, amal, dan kesucian jiwa. 

Al-Qur’an menyatakan: 

لَقَدْ كَرَّمْنا بَنی‏ آدَم 

“Sungguh, Kami telah memuliakan anak-anak Adam.” (QS. Al-Isrā’ [17]: 70) 

iklan

Ayat ini menunjukkan bahwa manusia sejak awal penciptaannya telah dikaruniai martabat yang tinggi. Kemuliaan tersebut tidak terbatas pada aspek jasmani, melainkan mencakup kapasitas intelektual, spiritual, dan moral yang membedakan manusia dari makhluk lainnya. 

Dalam ayat lain, Al-Qur’an menegaskan sifat kemuliaan yang melekat pada para malaikat: 

بِأَیدِی سَفَرَةٍ ٭ كِرَامٍ بَرَرَة 

“(Al-Qur’an itu) di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti.” (QS. ‘Abasa [80]: 15–16) 

Ayat ini menjelaskan bahwa wahyu Allah disampaikan melalui perantara malaikat yang suci, mulia, dan penuh ketaatan. Dengan demikian, malaikat menjadi simbol kemurnian spiritual dan kemuliaan hakiki. 

Al-Qur’an menggambarkan satu momen monumental ketika Allah memerintahkan malaikat untuk bersujud kepada manusia: 

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ 

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka mereka pun bersujud kecuali Iblis; ia enggan dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan kafir.” (QS. Al-Baqarah [2]: 34) 

Perintah sujud ini bukanlah bentuk penyembahan kepada Adam, melainkan pengakuan atas martabat dan kapasitas manusia yang dikaruniai potensi untuk mengenal Allah dan menapaki jalan kesempurnaan. Hal ini menunjukkan bahwa manusia memiliki kemungkinan untuk mencapai maqam yang tidak kalah tinggi dibanding malaikat. 

Kemuliaan manusia bersifat potensial; ia hanya akan terwujud melalui usaha nyata. Dengan meneladani sifat-sifat malaikat—ketaatan, kesucian, dan pengabdian total kepada Allah—manusia dapat mengaktualisasikan martabat mulianya. Dalam perspektif ini, menjadi seperti malaikat biasa adalah langkah awal yang realistis, meskipun puncak kesempurnaan malaikat mungkin sulit dicapai. 

Walhasil, al-Qur’an memberikan kerangka teologis yang menegaskan bahwa manusia bukan sekadar makhluk biologis, melainkan ciptaan mulia yang mampu menapaki maqam malaikat, bahkan melampauinya. Tugas manusia adalah menjaga dan mengaktualisasikan kemuliaan ini melalui ilmu, iman, amal saleh, penyucian diri, dan pengabdian kepada Allah. Sebab, hanya dengan demikian manusia dapat mencapai maqam kemuliaan yang sejati. 

Mohammad Adlany Ph. D.
Dewan Syuro IJABI |  + posts
Iklan

Satu Komen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berkaitan

Back to top button