Filsafat-Irfan

Sekolah Batin: Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati 

Oleh Mohammad Adlany, Ph.D. (Anggota Dewan Syura IJABI) 

Dalam perjalanan intelektual manusia, pendidikan formal—baik di pesantren, madrasah, maupun universitas—memiliki peran penting dalam membentuk pengetahuan dan keterampilan. Namun, pendidikan lahiriah ini bukanlah satu-satunya jalan menuju kesempurnaan manusia. Di balik itu, terdapat sebuah “sekolah batin” yang menekankan pada pembinaan hati, jiwa, dan dimensi terdalam dari diri manusia. Sekolah inilah yang dalam tradisi religius disebut sebagai medan latihan spiritual, di mana manusia berinteraksi langsung dengan Allah, nabi-nabi, dan imam-imam sebagai guru hakikinya. 

Dalam tradisi Islam, pendidikan memiliki dua dimensi utama: sekolah lahiriah, berupa lembaga pendidikan formal yang mengajarkan konsep, teori, dan metodologi. Di sini manusia memperluas wawasan intelektualnya dan memahami hukum-hukum agama maupun ilmu pengetahuan rasional. Dan sekolah batiniah, sebuah arena pendidikan internal yang berfokus pada pembentukan moral, penyucian jiwa, serta pengendalian pikiran dan perilaku. Sekolah ini tidak membutuhkan ruang fisik, tetapi menuntut kesungguhan dalam pengawasan diri (muraqabah) dan latihan spiritual (riyaḍah al-nafs). 

Kedua sekolah ini saling melengkapi. Tanpa dimensi lahiriah, manusia akan terjebak pada spiritualitas buta. Sebaliknya, tanpa dimensi batiniah, ilmu akan kering dan tak melahirkan kebijaksanaan. 

Tradisi Islam mengenal konsep arba‘in atau latihan selama empat puluh hari. Disebutkan bahwa jika seseorang menjaga pikiran, keyakinan, akhlak, perilaku, ucapan, tulisan, tidur, dan makanan selama empat puluh hari, maka tabir-tabir yang menutupi hatinya akan tersingkap, dan banyak rahasia Ilahi akan terbuka baginya. 

iklan

Hal ini sangat ditekankan dalam ajaran tasawuf dan filsafat Islam, di mana penyucian jiwa merupakan syarat untuk memperoleh ilmu hakiki. Mulla Sadra, misalnya, menegaskan bahwa pengetahuan sejati hanya dapat dicapai melalui kesucian jiwa, bukan sekadar penumpukan konsep-konsep rasional. 

Sekolah batin bukanlah ruang kosong. Ia memiliki guru-guru yang membimbing manusia dalam menapaki jalan kesempurnaan, yaitu: 

Allah Swt sebagai guru utama: 

عَلَّمَ الْإِنسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ 

“yang mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al-‘Alaq: 5) 

Para Nabi dan Imam sebagai guru perantara: 

يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ 

“yang mengajarkan mereka kitab dan hikmah.” (QS. Al-Baqarah: 129) 

Dengan bimbingan ini, sekolah batin menuntun manusia menuju tingkat spiritual yang lebih tinggi, bahkan menjadikannya sahabat malaikat. 

Pendidikan lahiriah menyiapkan manusia untuk hidup bermasyarakat, tetapi pendidikan batiniah menyiapkannya untuk hidup bersama Allah. Kebahagiaan sejati dalam perspektif Islam tidak hanya terletak pada capaian duniawi, tetapi terutama pada keterhubungan batin dengan Yang Mahamutlak. 

Oleh karena itu, sekolah batin dapat disebut sebagai jalan utama kebahagiaan. Melalui latihan spiritual yang konsisten, manusia dapat membangun integritas moral, mencapai kedekatan dengan Allah, serta menemukan makna terdalam dari eksistensinya. 

Sekolah batin adalah dimensi pendidikan yang menekankan pengendalian diri, penyucian jiwa, dan keterhubungan dengan Allah sebagai guru utama. Ia bukan pengganti sekolah lahiriah, melainkan penyempurnanya. Melalui jalan ini, manusia bukan hanya menjadi makhluk berilmu, tetapi juga makhluk yang arif, bijaksana, dan berbahagia secara hakiki. 

Mohammad Adlany Ph. D.
Dewan Syuro IJABI |  + posts
Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berkaitan

Artikel Lain
Close
Back to top button