
Sumedang, 14 Agustus 2025 – Udara Sukasari berembus lembut membawa aroma tanah basah selepas hujan. Di sebuah majelis sederhana namun penuh makna, jamaah berkumpul untuk memperingati 40 hari kesyahidan Imam Husein as. di Karbala. Namun, peringatan ini tidak berdiri sendiri—ia berpadu dengan doa mengenang para pahlawan kemerdekaan bangsa, yang telah menorehkan jejak pengorbanan demi tegaknya keadilan dan kebebasan.
Acara yang diselenggarakan oleh PC IJABI Sukasari berkolaborasi dengan Majlis Al Istiqomah dan DKM Nurul Haq Sukasari ini menampilkan perpaduan antara nilai spiritual, sejarah perjuangan, dan kearifan lokal Sunda.
Salah satu penampilan yang mencuri perhatian adalah anggitan karya Allahyarham Dr. K.H. Jalaluddin Rakhmat. Karya intelektual sekaligus spiritual tersebut dibacakan dengan penuh penghayatan, diiringi alunan kacapi suling yang dimainkan oleh Pak Hendar, Sekretaris PD IJABI Kabupaten Bandung. Alunan musik tradisional itu seakan mengantar para hadirin menelusuri makna pengorbanan dan cinta Imam Husein yang lintas zaman.

Di sudut acara, tampak sebuah mawkib terbuka bagi siapa saja. Di dalamnya tersaji beubeutian—aneka umbi-umbian, makanan tradisi rakyat. Dalam adat Sunda, beubeutian dihidangkan saat matangpuluh, tahlilan 40 hari untuk orang yang wafat. Kini, ia menjadi lambang kesederhanaan dan kebersamaan, mengingatkan bahwa duka Karbala senantiasa hidup dalam setiap tradisi, setiap doa, dan setiap perjamuan kasih.
Allah Swt berfirman:
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًاۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
Wa lā taḥsabannal-ladzīna qutilū fī sabīlillāhi amwātā, bal aḥyā’un ‘inda rabbihim yurzaqūn.
“Janganlah engkau mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sungguh, mereka hidup di sisi Tuhannya dan diberi rezeki.” (QS. Ali ‘Imran: 169)
Ayat ini menjadi cermin bahwa darah Imam Husein as. yang tertumpah di Karbala, juga darah para pahlawan kemerdekaan, tak pernah sia-sia. Ia adalah mata air yang menumbuhkan keberanian, keteguhan, dan cinta. Dari Karbala hingga Indonesia, pengorbanan itu sama-sama berbisik: “Tiada hidup yang mulia tanpa keadilan, tiada kemerdekaan sejati tanpa pengorbanan.”
Sebagaimana doa yang diajarkan oleh Imam Ali Zainal Abidin as. dalam Shahifah Sajjadiyah:
اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ مَحْيَايَ مَحْيَا مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ، وَمَمَاتِي مَمَاتَ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ
Allāhummaj‘al maḥyāya maḥyā Muḥammadin wa āli Muḥammad, wa mamātī mamāta Muḥammadin wa āli Muḥammad.
“Ya Allah, jadikanlah kehidupanku kehidupan Muhammad dan keluarga Muhammad, serta kematianku kematian Muhammad dan keluarga Muhammad.”
Semoga dengan mengenang Imam Husein as. dan para pahlawan bangsa, kita semakin tegar menapaki jalan kebenaran, dan semakin lapang dalam menebarkan kasih.
