Filsafat-Irfan

Jihad Akbar; Permulaan Semua Kemenangan 

Oleh Mohammad Adlany, Ph.D. (Anggota Dewan Syura IJABI) 

Dalam khazanah Islam, istilah jihad tidak hanya dipahami sebagai peperangan fisik melawan musuh eksternal, melainkan juga mencakup perjuangan spiritual melawan hawa nafsu. Rasulullah saw sendiri menegaskan bahwa jihad melawan nafsu adalah jihad terbesar (al-jihad al-akbar). Dimensi batiniah ini menempati kedudukan fundamental karena menjadi fondasi bagi semua bentuk kemenangan, baik dalam ranah pribadi maupun sosial. 

Allah Swt menciptakan segala sesuatu dalam keadaan seimbang dan baik, sebagaimana firman-Nya: 

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ 

“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (Q.S. At-Tīn [95]: 4) 

iklan

Namun, kesempurnaan itu dapat rusak jika manusia tidak menjaga amanah dirinya. Analogi apel dapat menggambarkan hal ini. Apel pada dasarnya diciptakan dalam keadaan sehat, tetapi jika tukang kebun: tidak menyiramnya tepat waktu, tidak memberi pupuk, tidak melakukan penyemprotan, dan tidak memperhatikan ilmu pertanian, maka cacing dan hama akan tumbuh dari dalam. Kerusakan itu tidak datang dari luar, melainkan dari dalam dirinya sendiri. 

Demikian pula manusia. Musuh terbesar bukanlah pihak luar, melainkan hawa nafsu yang bersarang di dalam jiwa. 

Nafsu adalah musuh dari dalam. Nabi Muhammad saw bersabda: 

أَعْدَى عَدُوِّكَ نَفْسَكَ الَّتِي بَيْنَ جَنْبَيْكَ 

“Musuh terbesarmu adalah nafsumu yang berada di dalam dirimu.” (Al-Muttaqi al-Hindi, Kanz al-‘Ummal, jilid 3, hlm. 373, no. 6946) 

Hadis ini menekankan bahwa 90% kerusakan berasal dari “cacing batiniah” yaitu nafsu yang tidak terkendali, sedangkan musuh luar hanyalah 10%. Musuh luar ibarat debu halus yang dapat mengotori permukaan, namun tidak mampu menghancurkan diri seseorang tanpa pintu masuk dari kelemahan internal. 

Jihad akbar adalah permulaan kemenangan. Sejarah menunjukkan bahwa kemenangan kaum Muslimin dalam perang fisik sekalipun, selalu bergantung pada kemenangan batiniah terlebih dahulu. Jika hati para pejuang dipenuhi keikhlasan, kesabaran, dan disiplin melawan hawa nafsu, maka kemenangan lahiriah pun akan teraih. Sebaliknya, bila jiwa dikuasai oleh keserakahan, kemunafikan, dan cinta dunia, maka kemenangan lahiriah pun tidak akan bermakna. 

Dengan demikian, jihad akbar menjadi syarat utama sebelum jihad ashghar (jihad kecil) di medan perang. Ia adalah “permulaan semua kemenangan,” sebab hanya jiwa yang tertata mampu melahirkan tatanan masyarakat yang adil dan beradab. 

Jihad akbar adalah inti dari perjuangan Islam. Melalui analogi apel, kita memahami bahwa kerusakan sejati bermula dari dalam diri. Maka, pengendalian nafsu menjadi prioritas utama. Rasulullah saw memberikan panduan yang jelas: musuh terbesar bukanlah pihak luar, melainkan nafsu dalam diri. Oleh sebab itu, setiap kemenangan sejati—baik pribadi maupun kolektif—hanya mungkin diraih jika jihad akbar menjadi pijakan utama dalam hidup. 

Mohammad Adlany Ph. D.
Dewan Syuro IJABI |  + posts
Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berkaitan

Back to top button