Seminar Kebangsaan “Beragama Maslahat dalam Perspektif Islam Madani”
dalam rangka Milad 25 tahun IJABI

Bandung, 24 Desember 2025- Memasuki usia seperempat abad, Ikatan Jamaah Ahlulbait Indonesia (IJABI) menandai Milad Perak 25 tahun dengan sebuah kegiatan berskala nasional yang sarat makna. Seminar Kebangsaan bertema “Beragama Maslahat dalam Perspektif Islam Madani” diselenggarakan pada Rabu, 24 Desember 2025, bertempat di Hotel Best Western, Setiabudi, Bandung. Kegiatan ini menjadi puncak rangkaian peringatan milad IJABI, sekaligus ruang refleksi bersama tentang peran agama dalam membangun masyarakat yang berkeadaban, adil, dan penuh kasih.
Lebih dari 250 peserta yang terdiri atas Ijabiyyun dari berbagai kota, Dewan Syura IJABI, serta tamu undangan dari beragam unsur; perwakilan pemerintah (Kanwil Kementerian Agama Jawa Barat dan Bakesbangpol Kota Bandung), tokoh dan organisasi kemasyarakatan, hadir dalam suasana hangat dan penuh kekeluargaan.
Hal ini mencerminkan semangat ukhuwah Islamiyah sekaligus kebangsaan bersama untuk mempererat silaturahmi kebangsaan. Rangkaian acara diawali dengan pembacaan Yasin dan tahlil yang dipersembahkan sebagai doa pada Haul ke-5 Hijriah Allah Yarham Dr. K.H. Jalaluddin Rakhmat. Momentum ini menghadirkan suasana khidmat, mengenang sosok pendiri IJABI yang pemikiran dan keteladanannya terus hidup dalam gerak organisasi.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an oleh Ustadz Aun Suhendar (PD IJABI Sumedang), disusul menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne IJABI, dan Mars IJABI yang dipandu oleh tim paduan suara Fathimiyyah IJABI. Nuansa religius dan nasionalisme berpadu harmonis, menegaskan bahwa bagi IJABI, keberagamaan dan kebangsaan saling menguatkan dalam jalinan harmoni, selaras prinsip Islam Madani.

Dalam sambutannya, Maran Sutarya, Ketua Umum PP IJABI menegaskan bahwa Milad Perak adalah momentum muhasabah sekaligus peneguhan arah perjuangan IJABI untuk terus menebarkan nilai-nilai Ahlulbait yang rahmatan lil ‘alamin, berakar pada keilmuan, akhlak, dan kepedulian sosial.

Sambutan dari perwakilan pemerintah Hari Teguh Prasetyo, Kanwil Kementerian Agama Jawa Barat menyampaikan apresiasi atas peran IJABI sebagai ormas yang mampu menjaga keseimbangan antara keberagamaan yang mendalam dan komitmen kebangsaan. Disampaikan pula bahwa tantangan umat saat ini adalah ketimpangan antara pemahaman agama dan keindonesiaan—sebuah tantangan yang dijawab IJABI melalui praksis organisasi dan nilai-nilai yang termaktub dalam Mars IJABI: “Di Bumi Pertiwi Bernaung, di IJABI.”

Dalam sambutannya Prof. Dr. Mohammad Sharifani menjelaskan empat prinsip yang sangat penting dalam berorganisasi. Prinsip nadzam, untuk memanajemen dan menata masyarakat. Perencanaan, untuk merencanakan program bermanfaat dan berkelanjutan. Musyawarah, sebagai prinsip keorganisasian . Uswah, pencari keteladanan. Bahwa dengan terbentuknya IJABI merupakan sebuah upaya dalam menyambut Prinsip-prinsip tersebut

Pembukaan simbolis Milad Perak dilakukan dengan penuh makna oleh Ketua Umum PP IJABI dan segenap Dewan Syura bersama para tamu undangan dan perwakilan pemerintah dengan pemukulan rebana, kemudian dilanjutkan pemutaran video perjalanan 25 tahun IJABI yang menggambarkan konsistensi organisasi dalam dakwah, pendidikan, dan pengabdian sosial. Momen kebersamaan ini diabadikan melalui sesi foto bersama seluruh undangan.
Sesi seminar kebangsaan menghadirkan tiga narasumber utama.

Andar Nubowo, DEA, PhD, Direktur Eksekutif Maarif Institute, menjelaskan bahwa Islam Madani yang dalam dua dekade terakhir dikenal sebagai civil islam—adalah islam yang bersenyawa dengan demokrasi, welas asih, dan keberpihakan pada keadilan. Mengutip Ali Syariati, ia menegaskan bahwa intelektual sejati adalah mereka yang berpihak pada kaum tertindas. Dalam perspektif maqāṣid al-syarī‘ah, Beragama Maslahat tidak hanya bersifat preventif ke internal, tetapi juga aktif menjaga kebebasan dan kehormatan setiap keyakinan.

Usman Hamid, S.H., M.Phil, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, menekankan bahwa keadilan sosial dan belas kasih merupakan manifestasi konkret dari beragama maslahat dalam islam madani.
Iman, menurutnya, menuntut keberpihakan pada kelompok rentan melalui advokasi hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya, serta kewajiban memastikan kesejahteraan bagi semua warga.

Sementara itu, K.H. Miftah Fauzi Rakhmat, Lc., MA, Ketua Dewan Syura IJABI, menjelaskan posisi IJABI dalam memilih kata Madzhab Ahlulbait sebagai istilah Kelompok Syiah dan Khidmat sebagai istilah pendekatan dakwah. IJABI, sebagaimana tercatat dalam penelitian Litbang Kementerian Agama, tidak bertujuan “men-Syiah-kan” masyarakat, melainkan memasyarakatkan Syiah—yakni memperkenalkan secara benar, akurat, dan dialogis, tanpa paksaan dan tanpa penghakiman. Salah satu prinsip dalam ber IJABI adalah khidmat bersama.
Setelah selesai sesi seminar, semangat para peserta tergugah oleh penampilan seni rampak bedug dari Ijabiyyun Sukabumi, suasana semakin meriah dengan nuansa khas nusantara, tidak hanya penampilan kesenian khas nusantara, acara lebih dimerihakan dengan penampilan grup Avaye Melal dari atase kebudayan Iran.

Rangkaian acara ditutup dengan pengumuman pemenang lomba menulis pemikiran Dr. K.H. Jalaluddin Rakhmat tentang posisi mustadh‘afin dalam demokrasi, serta lomba fotografi. Acara kemudian berlanjut dengan pemotongan kue sebagai simbol Milad Perak 25 tahun IJABI, dan doa bersama.
Seminar Kebangsaan ini menegaskan satu pesan utama: agama harus hadir sebagai sumber kemaslahatan, penenteram, dan pemuliakan martabat manusia. Dalam semangat islam madani dan beragama maslahat, IJABI terus memposisikan diri sebagai rumah bersama yang merawat ukhuwah Islamiyah, mempererat silaturahmi, dan menebarkan nilai-nilai Ahlulbait dalam bingkai kebangsaan. Milad Perak IJABI bukan sekadar perayaan usia, melainkan ikrar untuk terus mengabdi—membangun peradaban yang adil, inklusif, dan penuh kasih bagi Indonesia dan kemanusiaan.










