BlogKhazanahUncategorize

Apa Itu Sains?

Oleh Mohammad Adlany, Ph.D., (Anggota Dewan Syura IJABI)

Sains. Kata ini sering kita dengar—di sekolah, di televisi, bahkan di media sosial. Tapi, sebenarnya, apa itu sains? Apakah itu sekadar pelajaran fisika, kimia, dan biologi? Atau lebih dari itu?

Secara sederhana, sains adalah usaha manusia untuk memahami dunia di sekitarnya secara sistematis. Sains bukan hanya tentang rumus-rumus, laboratorium, atau teleskop. Ia adalah cara kita bertanya: “Mengapa langit biru?”, “Kenapa air mendidih di suhu 100°C?”, atau “Bagaimana tubuh manusia bekerja?”

Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini tidak ditebak-tebak. Sains mencari jawaban lewat observasi (pengamatan), eksperimen (percobaan), dan analisis logis (Popper, 1959). Dari proses inilah lahir berbagai pengetahuan yang bisa dipercaya karena sudah diuji dan dibuktikan.

Banyak orang mengira sains itu sekumpulan fakta. Padahal, sains lebih tepat disebut sebagai proses pencarian kebenaran berdasarkan metode ilmiah (Chalmers, 1999). Fakta bisa berubah jika ada bukti baru yang lebih kuat. Contohnya, dulu orang percaya bahwa matahari mengelilingi bumi. Tapi sains kemudian membuktikan sebaliknya—bumilah yang mengelilingi matahari (Kuhn, 1962).

iklan

Dengan kata lain, sains itu dinamis. Ia terus berkembang seiring berkembangnya alat, teknologi, dan cara berpikir manusia.

Sains terbagi dalam beberapa cabang besar, antara lain: Fisika: mempelajari energi dan materi, Kimia: mempelajari zat dan reaksinya, Biologi: mempelajari makhluk hidup, Astronomi: mempelajari benda langit, Geologi: mempelajari bumi, dan Sosiologi dan Psikologi: mempelajari manusia dan perilakunya (Wilson, 1998).

Kini muncul banyak cabang baru seperti neurosains, data science, dan bioteknologi—bukti bahwa sains terus tumbuh dan merespons kebutuhan zaman.

Mengapa sains penting? Bayangkan hidup tanpa listrik, internet, atau vaksin. Semua itu lahir dari proses ilmiah yang panjang. Sains membantu kita hidup lebih sehat, lebih nyaman, dan lebih aman (Sagan, 1995). Ia memberi kita kemampuan untuk mengatasi masalah—dari penyakit hingga perubahan iklim.

Tapi bukan hanya soal teknologi. Sains juga melatih kita untuk berpikir kritis, jujur pada data, dan terbuka terhadap bukti baru. Nilai-nilai ini penting, bukan hanya di laboratorium, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Sains bukan milik para ilmuwan saja. Setiap kali kita membaca label nutrisi, mencari tahu cuaca esok hari, atau mengecek kebenaran berita hoaks, kita sedang menerapkan prinsip sains. Sains ada di tengah-tengah hidup kita—kadang kita tak menyadarinya.

Sains adalah warisan intelektual manusia yang terus diperbarui dari generasi ke generasi. Ia menghubungkan masa lalu dengan masa depan, dan memberi kita pemahaman yang lebih dalam tentang tempat kita di alam semesta ini.

Jadi, saat seseorang bertanya “apa itu sains?”, jawablah:

Sains adalah cara kita mengenal dunia, dengan akal dan bukti.

Daftar Referensi:
1. Popper, Karl. The Logic of Scientific Discovery. London: Hutchinson, 1959.
2. Chalmers, A. F. What Is This Thing Called Science? 3rd ed. Hackett Publishing, 1999.
3. Kuhn, Thomas S. The Structure of Scientific Revolutions. University of Chicago Press, 1962.
4. Sagan, Carl. The Demon-Haunted World: Science as a Candle in the Dark. Random House, 1995.
5. Wilson, Edward O. Consilience: The Unity of Knowledge. Alfred A. Knopf, 1998.

Mohammad Adlany Ph. D.
Dewan Syuro IJABI |  + posts
Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berkaitan

Artikel Lain
Close
Back to top button