Oleh Salim Muhsin BSA
Pada abad kedelapan Hijriah, hiduplah sebuah keluarga nasibiy atau pembenci Ahlulbait, mereka tidak memiliki anak laki-laki, hingga ibunya bernazar jika Allah memberikan seorang putra, is akan mengirimnya untuk menghadang dan membunuh para peziarah Al Husain as.
Maka tidak lama kemudian lahirlah seorang putra laki-laki, kedua orang tuanya membesarkannya dengan kebencian kepada Ahlulbait dan para peziarahnya.
ketika menginjak dewasa sang ibu ingin menunaikan nazarnya dan mengirimnya ke sebuah jembatan dekat kota Musayyib, tempat para peziarah Al Husain as lewat menuju Karbala.
Pemuda itu duduk menunggu para peziarah lewat, namun dia tertidur. Rombongan peziarah pun lewat dan debu dari langkah kaki mereka beterbangan hingga menutupi tubuhnya.
Dalam tidurnya, ia bermimpi bahwa ia sedang digiring menuju neraka sebagai hukuman atas niat jahatnya. Tapi api neraka tidak menyentuhnya, karena debu suci yang menempel di pakaiannya menjadi penghalang antara dirinya dengan panasnya neraka.
Ia terbangun dengan hati bergetar, menangis penuh penyesalan, lalu dengan tanpa ragu ia segera berangkat menuju Karbala sebagai peziarah yang bertaubat. Sejak itu ia menghabiskan hidupnya memuji Ahlulbait as, hingga menjadi salah satu penyair besar mereka.
Dia adalah Jamaluddin Ali bin Abdul Aziz al-Khulay‘i al-Mausuliy
Di antara bait syairnya yang abadi adalah:
إذا شئت النجاة فزر حسينا
لكي تلقى الإله قرير عين
فإن النار ليس تمس جسما
عليه غبار زوار الحسين
Jika engkau ingin selamat, maka ziarahilah Husain,
agar engkau bertemu Allah dengan hati yang tenang.
Sesungguhnya api neraka tidak akan menyentuh tubuh
yang padanya menempel debu para peziarah Husain.
Beruntunglah orang yang membawa debu Imam Husain as di pakaiannya dan di hatinya, karena itu menjadi jaminan keselamatan baginya pada Hari akhirat nanti.
Semoga bermanfaat