Manusia Bisa Mempengaruhi dan Mengendalikan Alam

Oleh Mohammad Adlany, Ph.D., Anggota Dewan Syura IJABI
Sejak dahulu, manusia selalu hidup berdampingan dengan alam. Tapi seiring waktu, hubungan ini tak lagi sekadar berdampingan—manusia mulai mempengaruhi bahkan mengendalikan alam. Dari membendung sungai hingga mengubah genetik tanaman, manusia menunjukkan bahwa dirinya bukan hanya makhluk pasif di hadapan alam, tapi juga agen aktif yang mampu mengubahnya.
Alam menyediakan segala kebutuhan manusia: udara, air, makanan, energi, dan keindahan. Hutan memberikan oksigen, laut memberikan ikan, dan matahari menyinari bumi agar tanaman bisa tumbuh. Namun, hubungan ini bukan satu arah. Manusia tidak hanya menerima, tetapi juga mengolah dan mengarahkan alam demi memenuhi kebutuhan dan kenyamanan hidup.
Banyak bukti nyata bahwa manusia mengubah lanskap dunia.
Rekayasa teknologi: Dari irigasi sawah sederhana di masa lalu hingga proyek-proyek raksasa seperti terowongan bawah laut dan pembangkit listrik tenaga surya, manusia menunjukkan kemampuannya menaklukkan medan alam demi kelangsungan hidupnya.
Pertanian dan genetika: Manusia kini bisa menciptakan benih tahan hama, mempercepat panen, dan bahkan menanam di tanah tandus. Semua ini adalah bentuk pengaruh manusia terhadap proses alami.
Kendali atas cuaca dan iklim: Teknologi seperti “cloud seeding” atau rekayasa hujan buatan menjadi bukti bahwa manusia tidak hanya menyesuaikan diri dengan cuaca, tapi juga berupaya mengendalikannya.
Dalam banyak tradisi agama, termasuk Islam, manusia disebut sebagai khalifah (wakil Tuhan) di bumi. Artinya, manusia diberi akal, kehendak, dan tanggung jawab untuk menjaga dan mengelola bumi. Dalam Al-Qur’an disebutkan:
“Dia (Allah) telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan di bumi semuanya.” (QS. Al-Jatsiyah: 13)
Ayat ini memberi gambaran bahwa alam diciptakan untuk manusia, dan manusia diberi kemampuan untuk mengelolanya.
Tapi… Apakah semua bisa dikendalikan?
Meski manusia memiliki banyak kemampuan, tak semuanya bisa dikendalikan. Gempa bumi, tsunami, badai, dan letusan gunung adalah pengingat bahwa alam tetap memiliki kuasa dan misterinya sendiri. Di sinilah muncul keseimbangan: manusia boleh mengubah dan mengatur, tapi tetap harus menghormati hukum-hukum alam.
Kita perlu memahami bahwa mengendalikan alam bukan berarti mengeksploitasi tanpa batas. Justru karena manusia mampu mengubah alam, maka ia juga punya tanggung jawab moral dan ekologis untuk merawatnya.
Hari ini, perubahan iklim, pencemaran udara, dan kerusakan lingkungan menjadi bukti bahwa “pengaruh manusia atas alam” bisa menjadi berkah atau bencana—tergantung bagaimana kita menggunakannya.
Kemampuan manusia untuk mempengaruhi dan mengendalikan alam adalah karunia sekaligus ujian. Kita memiliki kekuatan, tapi juga tanggung jawab. Kita bisa mengatur air, tanah, udara, bahkan energi, tetapi kita juga harus mengingat bahwa kita bagian dari alam itu sendiri.
Dengan ilmu, teknologi, dan kesadaran moral, manusia bisa menjadi pengelola bumi yang bijak—bukan hanya untuk generasi ini, tapi juga untuk anak cucu di masa depan.
