Oleh Haidar Bagir
“Dulu saya pikir hanya sebagian Yahudi yang Zionis. Tapi, setelah bertemu para agamawan Yahudi secara langsung, saya mau bilang bahwa semua Yahudi itu Zionis”
Pernyataan itu sudah pasti berlebihan. Dan yang mengucapkannya juga adalah seorang anak muda yang tidak menutupi rasa kesalnya. Dia baru diundang selama sebulan untuk sebuah dialog antar-iman di pusat peradaban Barat. Dan dia dapati bahwa agamawan Yahudi yang hadir tak banyak beda dengan apa yang selama ini dia ketahui tentang orang-orang Zionis. Kaku, keras, congkak, dan merendahkan.
Tentu saya tak harus sepenuhnya percaya kepadanya. Toh, dia sendiri menyampaikan dampratannya itu dalam keadaan kesal. Tapi, rasanya saya sekarang bisa lebih memahami kekecewaan semacam yang dirasakan anak muda itu. Dalam sebagiannya, mungkin saya sudah lebih kecewa lagi. Kata “kecewa” rasanya terlalu lunak untuk menjadi respon terhadap apa yang terjadi di depan mata kita dalam bulan-bulan terakhir ini. Seperti banyak orang lain, sudah sepantasnya kita murka.
Memang, setelah semua yang dilakukan Zionis Israel terhadap warga Gaza, masih adakah yang masih belum haqqul yakin bahwa Israel adalah negeri penindas: pelaku genosida untuk tujuan ethnic cleansing? Dan bahwa, bahkan di Westbank, Israel adalah penganut apartheid, yang dituntun kepercayaan sesat tentang mereka sebagai bangsa terpilih?
Kalau masih ada sisa-sisa orang yang membela Israel, maka – kalau tidak politisi yang hanya memikirkan diri atau kelompoknya sendiri – hampir bisa dipastikan dia juga seorang rasis, dan dibutakan matanya oleh kebencian kepada ras lain. Kebencian kepada Arab, atau orang beragama – yang digeneralisasi sebagai pelaku terorisme, padahal tidak jarang itu adalah perlawanan akibat penindasan yang ditimpakan atas mereka.
Memang, tak sedikit juga di kalangan orang-orang Yahudi di Israel dan yang dalam diaspora adanya perasaan ketakutan akan kepada ancaman hantu “antisemitisme” yang mereka ciptakan sendiri – antara lain sebagai akibat meluasnya ideologi Israelisme di kalangan warga Yahudi ini. Selebihnya adalah orang-orang jahil yang tak pernah merasa perlu membaca sejarah panjang perampasan dan penindasan Zionisme atas bangsa Palestina, untuk mengetahui bahwa perlawanan bangsa Palestina adalah akibat dari kejahatan atas mereka.
Saya – yang adalah seorang peragu dalam hal menilai baik buruk sebuah kelompok – kali ini sudah tak lagi bisa menghindar lagi dari harus melakukan penilaian hitam-putih. Kalau ada satu-satunya disclaimer yang harus saya sampaikan, maka itu bahwa tidak semua warga Yahudi Israel yang mendukung kejahatan negara mereka dan ideologi Zionisnya.
Tapi, jika sebelumnya saya cenderung melihat Israel secara nuanced, sekarang tampaknya saya harus mengubah posisi saya. Zionisme Israel memang jahat, through and through.
Yang lebih mengecewakan adalah sikap rezim-rezim di AS dan Eropa. Meski, lagi-lagi, bukan tak ada pengecualian – dan, harus disampaikan sejak awal, bahwa sikap rakyat mereka tidak identik dengan dengan penguasa-penguasa mereka – negara-negara “kulit putih” ini tak banyak berubah dari tingkah laku mereka di era kolonialisme. Kali ini mereka cuma memasang topeng saja.
Karena, bagaimana tindakan begitu biadab di luar batas sebuah negara atas sebuah bangsa, bisa dibiarkan nyaris dengan impunitas mutlak sedemikian?
Maka, semua orang yang masih ingat bahwa dirinya adalah manusia, harus melakukan apa saja yang dia bisa, sekecil apa pun, untuk melawan upaya pembunuhan terhadap kemanusiaan ini.
Jangan pernah merasa tidak berdaya. Kita lakukan apa saja yang kita bisa, meski hanya menciptakan riak-riak kecil di pinggir laut. Yang, jika banyak orang mau mengupayakannya, suatu saat dia akan menjadi gelombang besar tak tertahankan di tengah samudra!
Apa saja.
Tumbuhkan dan pelihara kesadaran bahwa yang terjadi adalah tantangan terhadap alasan kita untuk tetap bisa disebut manusia, sekligus sebuah ancaman mematikan terhadap kemanusiaan. Sebuah penghancuran habis-habisan masa depan kehidupan anak-cucu kita.
Buang jauh-jauh rasa tak berdaya. Karena perasaan tak berdaya hanya menjadikan kita akhirnya memilih untuk tak berbuat apa-apa.
Mari bergerak. Dan terus bergerak. Jalan masih panjang. Tapi kita percaya, masih cukup banyak orang yang tetap bersedia di sisi jalan kebenaran dan kemanusiaan. Tuhan tolong kita… 🤲

Terima kasih atas pencerahannya.
Free Palestine 🇵🇸
Allahumma shalli ala muhammad wa ali muhammad