
Oleh : Habib Ali Umar Al-Habsyi, Anggota Dewan Syura IJABI
Bersedih dan menangis karena mengingat dan takut kepada Allah akan membuat hati terang dan lembut. Sehingga akan selalu sadar dan waspada terhadap apa-apa yang mungkin akan mendatangkan murka Allah dan kesengsaraan.
Demikian pula dengan mengingat para kekasih Allah. Ia bagian tak terpisahkan dari mengingat Allah.Â
Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda:
اŮبŮاإ Ů Ů ŘŽŘ´ŮŘŠ اŮŮŮ ŮŮŮŘą اŮŮŮŘ¨Ř ŮŮؚؾ٠٠٠٠ؚاŮŘŻŘŠ اŮذŮب.
Menangis karena takut kepada Allah akan menerangi hati dan menjaga dari kembali melakukan dosa.(Ghurar Al Hikam/Hikmah no. 2016)Â
Sementara keringnya mata dari menangis karena mengingat Allah dan Kemana-agungan-Nya menandakan kakunya hati dan kerasnya jiwa yang diakibatkan oleh banyaknya dosa dan menebalnya kerak-kerak maksiat.
Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda menjelaskan proses kekakuan hati seorang hamba:
٠ا ŘŹŮŘŞ اŮŘŻŮ ŮŘš ŘĽŮا ŮŮŘłŮŘŠ اŮŮŮŮب Ů٠ا Ůست اŮŮŮŮب ŘĽŮا ŮŮ؍ع؊ اŮذŮŮب.
Tiada mengering air mata kecuali disebabkan kaku/kerasnya hati. Dan hati tidak kaku/mengeras melainkan disebabkan banyaknya dosa.
(Biharul Anwâr, 90/333 dari Ghurar Al Hikam)Â
Dan tentu kondisi seperti ini adalah kesengsaraan besar atas hamba.
Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda menjelaskan kesudahan buruk pemilik hati yang kaku yang enggan bersedih dan menangis karena Allah SWT, dan yang selalu menghias hidupnya dengan suka cita dan jauh dari khasy-yatullâh/takut kepada Allah dan tanpa peduli kepada nasib dan kesudahannya, khususnya di akhirat nanti:
Ů Ů ŘšŮا٠ات اŮŘ´Ůاإ ŘŹŮ ŮŘŻ اŮŘšŮŮ.
Diantara tanda-tanda kesengsaraan adalah keringnya mata (dari meneteskan air mata).
(Biharul Anwâr, 90/333 dari Ghurar Al Hikam)Â
Kesedihan dan tangisan hamba karena mengingat Allah dan para kekasih-Nya, yang hidup mereka semata demi cinta kepada-Nya adalah kunci Rahmat Ilahi. Demikian Imam Ali bin Abi Thalib as bersabda:
اŮبŮاإ Ů Ů ŘŽŘ´ŮŘŠ اŮŮŮ Ů ŮŘŞŘ§Ř Ř§ŮŘąŘŮ ŘŠ.
Menangis karena takut kepada Allah adalah kunci Rahmat.
(Ghurar Al Hikam/Hikmah no. 2051)Â
Jadi, bersedih dan menangis karena mengingat Allah dan para kekasih-Nya adalah kondisi sehat jiwa yang terpuji. Ia akan menerangi hati dan meneguhkan jiwa untuk terus konsisten di Jalan Allah. Justru kondisi sebaliknya menjadi pertanda kakunya hati yang berakhir dengan nasib buruk; kesengsaraan abadi.Â
(Bersambung Insya Allah)




