Peristiwa-peristiwa Hari-hari Akhir Sebelum Wafat Nabi Saw dan Antisipasi Nabi Saw.
Bagian 1

Oleh Habib Ali Umar Al Habsyi (Anggota Dewan Syura IJABI)
Hari-hari akhir menjelang wafat Nabi saw. penuh dengan berbagai peristiwa besar yang berdampak pada masa depan umat Islam. Mengkaji dan menelitinya adalah sebuah keniscayaan bagi pengkaji sejarah hidup dan perjalanan Dakwah Nabi saw.
Mengabaikannya akan menyebabkan kehilangan dokumen-dokumen penting dari sejarah Nabi saw. Karenanya, konsentrasi kajian tentangnya penting demi keutuhan pemahaman tentang Sejarah Nabi saw.
Para ulama telah melaporkan kepada kita sejumlah dokumen penting seputar berbagai peristiwa hari-hari akhir kehidupan Nabi saw. kendati masih harus butuh untuk diurai, dirangkai dan dianalisa. Dan harus diakui bahwa sebagian dari dokumen itu perlu diuji kevalidannya. Namun demikian, tetaplah dokumen-dokumen sajian para sejarawan Islam itu adalah bahan penting untuk sebuah kajian dan penelitian.
Yang perlu dicatat bahwa peristiwa-peristiwa penting pada level keummatan itu telah diketahui Nabi saw. Beliau telah memantaunya dengan teliti, membaca adanya gejala-gejala awal kemunculannya dan kemudian beliau telah mengambil tindakan antisipasi terhadapnya.
Mengapa demikian? Karena peristiwa-peristiwa itu masuk dalam daftar fitnah-fitnah yang membahayakan dan bisa saja menyesatkan umat. Oleh sebab itu, sebagai bentuk tanggung jawab Nabi saw. atas umatnya, beliau saw. pasti mengambil langkah penyelamatan dini, agar mereka tidak terjebak dalam permainan fitnah-fitnah itu dan terjatuh di dalamnya. Dan yang terpenting dari tindakan antisipasi Nabi saw. itu adalah untuk membentengi agama beliau agar tidak mengalami apa yang dialami oleh agama-agama sebelumnya.
Perjuangan Dakwah Nabi saw selama dua puluh tiga tahun, dengan manis dan pahitnya perjalanan perjuangan beliau yang panjang dan penuh pengorbanan. Tidak sedikit keluarga, kerabat dan para sahabat setia beliau telah berkorban demi tegaknya dakwah beliau. Semua capaian itu harus dijaga, dirawat, dan pastikan keabadiaannya.
Nabi saw. tentu tidak akan membiarkan hasil perjuangan dakwah beliau mengalami kegagalan sepeninggal beliau. Nabi saw. tidak akan membiarkan agenda-agenda jahat yang berniat mengubur Dakwah beliau berjalan sesuai target musuh. Di sini, sebagai manifestasi Rahmatan Lil ‘Âlamîn, Nabi saw. pasti mengingatkan umatnya akan bahaya yang mengancam. Namun tentu peringatan dan antisipasi Nabi saw dalam membongkar makar musuh-musuh Dakwah tentu tidak selamanya dalam bentuknya yang terang-terangang, seperti menyebut keluarga al ‘Âsh dan Bani Umayah sebagai bahaya dan ancaman. Namun terkadang dalam bentuk peringatan-peringatan umum.
Langkah-langkah Antisipasi Nabi Saw Dalam Membentengi Umat Dari Fitnah
Di sini, kita menyaksikan beberapa tindakan dan langkah antisipasi Nabi saw. untuk membentengi umat dari fitnah-fitnah yang tidak bisa dielakkan pasti terjadi. Berdasarkan sumber Wahyu Suci pasti -bukan prediksi apalagi menduga-duga- Nabi saw. telah mengetahui bahwa fitnah-fitnah menyesatkan akan segera menerpa umat beliau sesaat setelah wafat beliau. Fitnah-fitnah yang beliau gambarkan bak gumpalan malam gulita dan datang bertubi-tubi bak gelimpak lautan, susul menyusul, fitnah terakhir lebih buruk dari yang pertama.
Mengetahui semua itu, Nabi saw. harus memberikan peringatan akan bahaya fitnah-fitnah tersebut agar kaum Muslimin dari kalangan sahabat beliau tidak dikagetkan dengan fitnah-fitnah yang mereka tidak pernah membayangkannya, tidak pernah mendengar peringatan tentangnya, dan tidak mengetahui solusi yang membawa keluar darinya dengan selamat. Nabi saw. memperingatkan mereka akan datangnya gelombang fitnah membutakan itu agar mereka juga mampu mempersiapkan jiwa dan mengkondisikan keimanan mereka untuk sukses menghadapinya. Dan setelahnya, semuanya terserah keputusan dan pilihan. Tiada bagi seorang Rasul kecuali menyampaikan pesan Tuhan dan mengingatkan umatnya.
Di bawah ini, kita akan mencoba menghadirkan beberapa langkah antisipasi Nabi saw. itu:
terpaksa berkali-kali menyeru mereka dari atas mimbar agar mereka segera berangkat. Seruan Nabi saw. yang beliau sampaikan berkali-kali itu, dan dalam keadaan beliau sakit, sehingga untuk keluar rumah menuju mimbar, beliau harus dibopong dua orang yaitu Ali bin Abi Thalib as. dan Fadhl putra Abbas ra. ternyata juga mereka abaikan, sehingga pada akhirnya beliau kembali menaiki mimbar dan memerintahkan untuk kesekian kali agar mereka segera bergabung dengan pasukan Usamah dan segera berangkat. Bahkan Nabi saw. –sebagaimana diriwayatkan oleh Asy Syahrastâni dalam al Milal wa an Nihal- melaknati mereka yang membangkang tidak mau bergabung dengan pasukan Usamah.
Ini adalah langkah antisipasi pertama Nabi saw. untuk menyelamatkan umat beliau dari fitnah yang sepertinya, mulai menampakkan taringnya di akhir hayat Nabi mulia saw.
