Khazanah

Barisan Orang-Orang Merdeka

Bagian 1

Oleh Dr. Dimitri Mahayana (Sekretaris Dewan Syura IJABI)

KH. Miftah Fauzi Rakhmat menyampaikan: “ Betapa indah AL-Hurr. Sebelum malam Asyura , ia meniti karir di Imperium Bani Umayah. Di malam Asyura, ia bertekad meninggalkan itu semua. Di hari Asyura, ia menunduk memohon maaf pada Al Husain as. Al-Husain as meminta ia agar menengadah (mungkin bisa dimaknakan , jangan malu. Mereka yang sudah kembali ke kebenaran tidak semestinya malu). Dan ia mencapai Syahadah di sisi Al Husain as”

Al-Hurr rela kehilangan semua yang ia rintis dengan susah payah sebalum Malam Asyura. Semua dunia yang sudah ia upayakan dengan penuh susah payah. Karir. Harta. Dan segalanya. Demi mengubah arah, minazh zhulumaati ilan nuur, dari kegelapan menuju cahaya, Al-Hurr rela kehilangan segalanya.

Dan ini , adalah makna kemerdekaan sejati. Seorang ulama mengatakan, Al-Hurr dibesarkan sekian lama dalam paradigma dan cara pandang Umawi. Ia adalah pejabat dan menduduki posisi yang tinggi dalam Imperium Bani Umayah. Dan , ketika di malam Asyura ia jatuh cinta pada Al-Husain as, ia mengikhlaskan segalanya. Ia rela mengubah cara pandangnya. Ia rela melepaskan dan kehilangan seluruh posisinya. Ia rela kehilangan semua yang telah ia perjuangkan di dunia. Demi cinta pada Al Husain.

Burung pun seolah berhenti mengepakkan sayapnya
Takjub atas Al-Hurr
Singa-singa padang pasir pun seolah berhenti memangsa
Ternganga menatap Al-Hurr
Bila singa lapar berhadapan dengannya
Maka sang singa menjadi bak kucing
Yang mengibas-kibaskan ekornya
Di depan Sang Tuan Sejati
Ia yang memiliki dirinya
Adalah Sang Tuan Sejati
Jatuh Cinta pada Al Husain
Membumbungkan Al Hurr ke Iman Sejati

iklan

Apakah kita telah jatuh cinta pada Al Husain sebagaimana Al Hurr? Sejauh apa kita siap untuk kehilangan hal-hal yang kita cintai dan hal-hal yang kita cita-citakan di dunia, dan kemudian memilih Al Husain, bila tiba Malam Asyura bagi kita? Atau ternyata kita termasuk mereka yang meninggalkan Al Husain di Malam Asyura, berlindungkan kegelapan malam karena sudah diizinkan Al Husain? Apakah kita akan meninggalkan Al Husain, al-witr al-mautur, sendirian menghadapi musuh-musuhnya? Apakah kita akan meninggalkan Al Husain sendirian di Karbala karena telah dibebaskan dari kewajiban membela Beliau oleh Al Husain di malam Asyura? Atau kita memilih Al Husain, walau pun harus kehilangan segalanya , segala yang telah kita perjuangkan di dunia dari harta benda, karir, status social, kedudukan , keluarga yang kita bangun, demi membela Al-Husain as yang tidak lain adalah belahan jiwa Nabi saw . Al Husain minni, wa ana minal Husain.

Seberapa kadar jatuh cinta kita pada Al-Husain? Apakah kita akan lebih memilih perdagangan dan permainan serta kenikmatan dunia ketimbang menyertai Al-Husain yang sendirian melawan ribuan, puluhan ribu, ratusan ribu musuhnya, yakni dominasi dan hegemoni Bani Umayah? Atau kita memilih untuk mengambil teladan dan barokah Al-Hurr, menjadi bagian dari mereka yang mengorbankan segalanya bagi AL-Husain ?

Sekali lagi, apakah kita telah jatuh cinta pada Al-Husain sebagaimana AL-Hurr di Malam Asyura? Dan siap untuk mengikuti teladan Al-Hurr. 

Cinta di suatu Malam
Yang mengubah segalanya
Cinta di suatu Padang
Yang membalikkan segalanya
Kemarin , ia menggiring Keluarga Suci ke Pusat Nainawa
Padang Pembantaian
Esok, ia mengorbankan segalanya 
Dan terbantai
Apakah ada kisah seajaib Al-Hurr?
Bak tukang sihir FIraun
Pagutan Cinta di suatu Malam
Menjadikan Al-Hurr bak Tongkat Musa, 
Bila Tongkat Musa membelah Laut Merah
Dan jadikan tantara Firaun karam
Al-Hurr membelah kuasa Sepanjang Sejarah
Dan jadikan para kaisar papa
Demikian, Cinta pada Al Husain
Demikian Ajaib
Ia jadikan dunia seisinya bak sampah
Dan Ia jadikan Tuhan dan Para Kekasihnya segalanya
Ia yang belum pernah merasakan asmara
Belum merasakan hidup…

Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M.Eng.
Sekertaris Dewan Syuro IJABI |  + posts
Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berkaitan

Back to top button