Filsafat-Irfan

Lima Seruan Maut 

Oleh: Ustadz Dr. Dimitri Mahayana (Sekretaris Dewan Syura IJABI) 

(Inspirasi: Ihya ‘Ulumuddin karya Al-Ghazali bab terakhir, Kyai Miftah dalam penjelasan Tafsir Tasnim, Daeng Guru Anwar Djabir yang selalu bergowes dengan membawa ransel “kematian” setiap saat-setiap waktu) 

Bila panggilan maut datang, lima kali sehari, Padamu, dan bergema di setiap tahiyyat shalat: 

“Bergegaslah, wahai musafir fana, 

Kekasih-Mu mungkin telah berkenan.” 

iklan

Dan hidangan-Nya, apakah gerangan? 

Air tasnim maghfirah, ampunan surgawi meluas tanpa batas, 

Dari Sang Pemegang Cahaya Muhammad, 

Menghapus aib, merobek selubung kelam ”maa qaddamuu wa atsarahum” 

Maka terkuaklah tabir itu, dirobek dengan assalamu ‘alaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh, 

Dan mata hati pun akhirnya terjaga:  

tatkala Sang Nabi Saw menjawab salam pula a’immah juga Fathimah Sang Suar Az Zahra’, 

Menyaksikan Sang Kekasih, demikian baik, tanpa memandang dirimu 

Kebaikan-Nya tak terhingga, Maha Sempurna, memancar dalam jemari kasih Muhammad Saw dan keluarganya 

Dan hidangan-Nya, apakah gerangan? 

Syaraban thahura – minuman suci, 

“Dan Tuhan memberi mereka minuman suci” 

Maka, bila panggilan maut itu kembali bergema, 

Bergegaslah, wahai jiwa, bagai ke Karbala! 

Janganlah andalkan amal, diri, ataupun bekal. 

Hanya pasrahkan diri dalam doa dan pinta, 

Dengan cinta yang tulus, jiwa yang merindu: 

“Tuhanku, janganlah Engkau serahkan aku kepada diriku, walau sekejap, 

Dan rahmatilah aku dengan Rahmat-Mu, 

Demi hak Muhammad dan keluarga suci Muhammad.”  

Wa shallallahu ’alaihi wa ‘alaihim fi kulli syai’in zhahiran wa bathinan daiman abadan wa ‘ajjil farajahum… 

Jakarta, 9 Oktober 2025 

Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M.Eng.
Sekretaris Dewan Syura IJABI |  + posts
Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berkaitan

Back to top button