Khazanah

Refleksi dari Pelajaran Asyura

Oleh: Salim Muhsin, M.Pd.

Bagaimana mungkin Ubaidillah bin Ziyad  gubernur Basrah bisa sampai ke Kufah dan menguasainya, padahal kota itu secara militer hampir sepenuhnya berada di bawah kendali anak pamannya Imam Husain as yang bernama Muslim bin Aqil?

Padahal Muslim telah tinggal di Kufah selama hampir 40 hari. Ia memiliki sekitar 12.000 pasukan, mengumpulkan senjata dan dana, serta bertemu dengan para pemimpin militer besar Syiah pada masa itu.

Sementara, jarak dari Basrah ke Kufah sekitar 447 km, itu jarak yang sangat jauh. Tak ada cara untuk menempuh dan menaklukkan jarak sejauh itu kecuali dengan tipu daya dan menyamar dengan pakaian kebenaran, seperti yang dilakukan oleh si terlaknat Ubaidillah bin Ziyad. Begitulah narasi sejarawan  yang disebut dalam buku-buku sejarah mereka.

Disebutkan bahwa dia memakai sorban hitam, pakaian khas -Yaman yang biasa digunakan Imam Husain as-  dan menutupi wajahnya, hingga banyak orang-orang  Kufah mengira bahwa itu adalah Imam Husain as yang telah tiba.

iklan

Mereka pun menyambutnya dengan antusias:
“Selamat datang wahai putra Rasulullah!”
Dia hanya diam dan memberi isyarat dengan kepala dan tangannya.
Orang-orang memberi salam dan berkata kepadanya:
“Engkau datang dengan kedatangan yang terbaik”
karena mereka menyangka dia adalah Imam Husain as.

Hingga akhirnya dia sampai di istana (dengan bantuan para agen rahasia dan mata-mata), dia mulai menjalankan operasi untuk mengubah situasi dan menangkap siapa pun yang menentang keluarga Bani Umayyah,  serta menangkap Muslim bin Aqil.

Pelajaran Penting

Ada juga yang berpendapat mengapa Ibnu Ziyad berhasil menguasai Kufah

1. Lemahnya kerja intelijen Muslim bin Aqil, yang memudahkan Ibnu Ziyad menyusup ke Kufah dan menangkap para pemimpin tokoh perlawanan.

2. Penyusupan mata-mata Ibnu Ziyad yang fokus mengumpulkan informasi lewat umala (kaki tangan) dan mata-mata. Ia berhasil menyusup ke barisan pengikut Muslim bin Aqil. Ia mengutus salah satu orangnya, seorang Syami (dari Syam) bernama Ma’qil, yang diberi imbalan besar, orang ini berhasil memperoleh banyak informasi penting tentang rencana dan gerakan Muslim bin Aqil.

3. Penyebaran rumor, hoaks, propaganda, dan perang psikologis, serta kebohongan, distorsi dan menakut-nakuti masyarakat dengan bantuan agen-agen dan mata-mata yang sudah menyusup terlebih dahulu.

Hikmah

Ini bukan sekadar peristiwa sejarah yang kita baca, Ini adalah pelajaran penting yang harus kita ambil hikmahnya.

Terkadang kebatilan datang dengan wujud kebenaran, dan menipu manusia dengan kedok ketulusan , keadilan dan kebaikan .

Oleh karena itu, jangan mudah percaya dan mengikuti siapa pun tanpa dasar ilmu.

Kita harus meneliti seseorang sebelum mengambil keputusan: Bagaimana cara berpikirnya, sejarah hidupnya, tujuannya, sikapnya terhadap kebenaran dan kebatilan, integritasnya dan lain sebagainya.

Jangan tertipu dengan slogan, ucapan manis, pakaian, simbol dan tampilan luar.

Asyura bukan hanya sekedar sejarah tapi Asyura adalah peringatan dan pelajaran abadi bagi umat manusia.

Tidakkah kita melihat kemiripan pendekatan yang digunakan Ibnu Ziyad dengan  strategi yang dilakukan Zionis, Amerika dan Barat dalam menghadapi poros kebenaran perlawanan.?

Salim Muhsin, M.Pd.
+ posts
Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berkaitan

Back to top button