Filsafat-Irfan

Apa Itu Agama?

Oleh Mohammad Adlany, Ph.D. (Anggota Dewan Syura IJABI)

Kita sering mendengar kata agama. Di KTP, kita diminta mencantumkan agama. Di rumah, sekolah, bahkan televisi, kata agama begitu akrab di telinga. Tapi, pernahkah kita bertanya dengan serius: apa sebenarnya agama itu?

Secara sederhana, agama bisa dimaknai sebagai jalan hidup yang memberi petunjuk tentang eksistensi tertinggi, asal-usul alam dan manusia, tujuan hidup, dan bagaimana menjalani hidup dengan benar.

Agama hadir untuk memberikan makna, bukan sekadar etika dan syariat. Ia bukan hanya tentang pantas dan tidak pantas atau boleh dan tidak boleh, tetapi tentang bagaimana menjadi manusia seutuhnya.

Agama umumnya berakar pada keyakinan bahwa ada realitas tertinggi, yang sering disebut Tuhan, Allah, Sang Pencipta, atau Yang Maha Esa. Dalam pandangan ini, Tuhan bukan hanya pencipta alam semesta, tapi juga penuntun moral dan tujuan hidup. Agama menjadi jembatan antara manusia dan Tuhan — bagaimana manusia bisa mengenal, mencintai, dan taat kepada-Nya.

iklan

Agama umumnya memiliki tiga unsur penting: akidah (iman kepada Tuhan, kitab suci, nabi, malaikat, dan kehidupan setelah mati), syariat (cara berhubungan dengan Tuhan: salat, doa, puasa, dan sebagainya), dan etika (ajaran moral seperti jujur, sabar, adil, dan lain-lan).

Agama sejati bukan hanya di masjid, tapi juga di jalanan, pasar, rumah, dan kantor — tempat manusia menjalani hidupnya.

Agama bukan sekadar simbol identitas. Ia adalah kompas batin. Di tengah dunia yang penuh kebisingan, kegelisahan, dan ketidakpastian, agama hadir sebagai penenang jiwa dan penunjuk arah. Ia mengajarkan bahwa hidup bukan hanya tentang mencari uang atau kekuasaan, tapi tentang berbuat baik, mencintai Tuhan, makhluk, dan sesama, dan menjadi pribadi yang bermakna.

Sebagian orang mengira agama bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Padahal, banyak ilmuwan besar justru beragama dan menganggap ilmu sebagai cara mengenal Tuhan lebih dekat. Ilmu menjelaskan bagaimana alam bekerja, sementara agama menjawab mengapa semua itu ada dan untuk apa.

Mengapa manusia butuh agama? Karena manusia bukan hanya tubuh, tapi juga jiwa. Kita punya kebutuhan spiritual — rasa ingin tahu tentang Tuhan, hidup, kerinduan akan kedamaian, dan harapan akan kebahagiaan abadi. Agama menjawab kebutuhan itu. Ia memberi harapan, menuntun hati, dan membentuk dan menyempurnakan nurani.

Agama yang sejati bukan yang memecah belah, tapi yang menghidupkan hati, menyempurnakan akal dan jiwa, menebar kasih, dan memperkuat solidaritas. Ia bukan untuk menilai siapa yang paling suci, tapi untuk membantu kita menjadi pribadi yang rendah hati dan penuh cinta.

Agama adalah cahaya dalam gelap, petunjuk di tengah kabut, dan sahabat jiwa di setiap perjalanan hidup.

Mohammad Adlany Ph. D.
Dewan Syuro IJABI |  + posts
Iklan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berkaitan

Back to top button