Khazanah

Usiamu Berhenti, Umurmu Bertambah.

Syukur ke hadirat Allah Swt. Teriring salam shalawat pada Baginda Rasulillah Saw. Doa mengalir untuk kedua orangtua dan almarhumin tercinta.

Kemarin, saya berulangtahun. Terima kasih untuk semua doa, ungkap kasih dan sayang dari para guru, Ibu Bapak dan saudara sekalian.

Syukur bertambah usia ditandai dengan pertanyaan tentang umur. Konon, usia adalah hitungan tahun sementara umur (dari bahasa Arab yang seakar kata dengan makmur) adalah waktu yang dipergunakan dalam keadaan terbaiknya. Waktu yang berkah, bermanfaat, bermakna bagi dunia dan akhirat kita. Dalam pengertian seperti itu, berapa umur kita? Mungkin hitungan hari atau bahkan hanya menitan dan detikan saja.

Setiap ulang tahun, tentu teringat kedua orangtua. Yang menohok saya adalah bagaimana pergantian tahun menambah usia saya mengejar dan mendekati usia mereka. Pada satu titik, di bulan kedua tahun 2021 lalu, usia mereka berhenti. Di angka jelang 73 dan 70. Tiga tahun berselang, kakak perempuanku di usia 51. Lalu hitungan usiaku bergerak menyusul mereka sedang mereka berhenti melaju. Ada perasaan bergidik mengetahui, selama ini mereka lebih tua, tapi kini usiaku perlahan beranjak ke menyamai mereka. Tidak ada yang aneh di satu sisi, dan terasa sangat janggal di sisi yang lain.

Di sinilah, umur memainkan perannya. Di sinilah terletak perbedaannya. Senioritas tidak berarti keunggulan. Lebih tua tidak bermakna keutamaan. Demikian pula sebaliknya. Imam Husain bin Ali as mengajarkan adab untuk senantiasa melihat selain kita dari kelebihan. Kalau ada yang lebih tua pandanglah, karena panjang usianya banyak pula amalnya. Kalau ada yang lebih muda lihatlah, karena masih pendek usianya sedikit pula dosanya.

iklan

Imam Ali bin Musa ar-Ridha as mengajarkan 10 tanda kesempurnaan akal. Yang kesepuluh adalah setiap berjumpa dengan orang lain (siapa pun) ia akan berkata: huwa khairun wa atqa. (Orang lain itu) Ia lebih baik dan lebih bertakwa.

Karenanya, usia bukan ukuran. Umurlah yang menjadikan kemuliaan. Umur ialah usia yang dikhidmatkan di jalan Tuhan dalam sepenuh keberkahan. Dalam surat Al-Hijr [15] : 72 Allah Swt berfirman dengan bersumpah pada umur Rasulullah Saw. La’umruka, sungguh demi umurmu (Ya Rasulallah), sesungguhnya mereka terombang-ambing dalam kemabukan. Allah Swt menyandingkan umur Baginda Nabi Saw dengan usia kita yang habis dalam ketidaktahuan, ketidakbermanfaatan, ketidakberkahan. Al-Qur’an menyebutnya dalam kesekaratan.

Adapun usia, adalah berubahnya tanda-tanda fisik kita seiring perjalanan. Merapuhnya tulang, memudarnya mata. Memutihnya rambut, melemahnya tenaga. Usia adalah kenyataan yang tak dapat dipungkiri dari berkurangnya kemampuan tubuh untuk memulihkan diri. Dari alamat yang diberikan Sang Waktu pada tahapan perjalanan kita.

Al-Qur’an bercerita tentang keajaiban seseorang yang dimatikan Allah Swt seratus tahun lalu dihidupkan kembali dan ia merasa hanya ‘tertidur setengah atau sehari. Allah Swt menyampaikan bahwa ia telah tertidur seratus tahun lamanya. Kemudian Allah Swt memerintahkannya untuk melihat makanan yang tak dimakan usia (lam yatasannah) sedangkan keledainya telah menjadi tulang belulang (QS. Al-Baqarah [2] : 259). Ayat ini mengajarkan ada dua hal: yang dimakan usia dan tidak. Penjagaan khusus Allah Swt dapat menjadikan seseorang panjang usia dan tetap tak dimakan usia.

Ulangtahun kali ini istimewa terasa. Allah Ta’ala karuniakan padaku hadiah teramat indah. Menghadiri rangkaian acara Wiladah penuh berkah Imam Ridha as. Tentang rincian perjalanan, insya Allah saya tuliskan dalam pengantar buku Daqaiq al-Qur’an yang akan terbit Oktober nanti. Di antara keindahan itu adalah menyaksikan bagaimana kenangan dan jejak Allah yarham Ayahanda bertebaran membahagiakan. Sebuah pelajaran teramat besarnya. Usia Ayahanda boleh berhenti, dan umurnya terus bertambah. Di tempat-tempat ziarah kita akan menyaksikan bagaimana usia berhenti dan umur bertambah.

Tuhan, terima kasih untuk nikmat tak terhingga ini. Syukurku padaMu takkan sanggup kutunaikan. Terima kasih pada para guru yang telah menghantar doa. Terima kasih bagi setiap Saudara yang mengungkap cinta dengan berbagai cara. Izinkan saya untuk meminta Saudara semua memanjat pinta, agar Sang Mahakasih menggabungkan kita dengan para terkasih terdahulu yang telah mengajarkan kita bahwa hidup bukanlah tentang usia, muda atau tua, melainkan tentang umur yang takkan lekang oleh masa.

Untuk Ayahanda, Ibunda, dan almarhumin tercinta. Doaku di malam wiladah kekasih hati, yang kumohonkan izin untuk beranjak dari istananya yang asri, usiamu berhenti. Aku bersaksi, umurmu bertambah setiap hari. Semoga Sang Mahakerinduan, menggabungkan umurmu dan umurku, dan umur kita semua dalam percikan sumpah suci, la’umruka Baginda Nabi Saw.

Pada jelang wiladah, terhantar doa dan Niyabah ziarah untuk Saudara semua. Izinkan kutempuh sisa usia dalam berkhidmat kepadamu dan menjadikannya umur yang penuh berkah.

Selamanya berutang budi untuk syukur yang tak dapat kutunaikan haknya. Terima kasih dan mohon perkenan keikhlasan. Al-Fatihatu ma’as Shalawat.

KH. Miftah Fauzi Rakhmat
Ketua Dewan Syuro IJABI |  + posts
Iklan

Berkaitan

2 Komen

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button