Oleh Habib Ali Umar Al Habsyi (Anggota Dewan Syura IJABI)
Wasiat Lukman Al Hakîm Kepada Putranya.
Di antara wasiat Imam Musa bin Ja’far as. kepada Hisyam:
Berikut adalah harakat dari teks tersebut:
يَا هِشَامُ إِنَّ لُقْمَانَ قَالَ لِابْنِهِ تَوَاضَعْ لِلْحَقِّ تَكُنْ أَعْقَلَ النَّاسِ.
يَا بُنَيَّ إِنَّ الدُّنْيَا بَحْرٌ عَمِيقٌ قَدْ غَرِقَ فِيهِ عَالِمٌ كَثِيرٌ فَلْتَكُنْ سَفِينَتُكَ فِيهَا تَقْوَى اللَّهِ وَحَشْوُهَا الْإِيمَانُ وَشِرَاعُهَا التَّوَكُّلُ وَقَيِّمُهَا الْعَقْلُ وَدَلِيلُهَا الْعِلْمُ وَسُكَّانُهَا الصَّبْرُ.
Wahai Hisyam, sesungguhnya Luqman berkata kepada anaknya: ‘Merendahlah di hadapan kebenaran, maka kamu akan menjadi orang yang paling bijak.’
Wahai anakku, sesungguhnya dunia ini adalah bak lautan yang sangat dalam, banyak orang telah tenggelam di dalamnya. Maka, jadikanlah takwa kepada Allah sebagai kapalmu, iman sebagai muatannya, tawakkal sebagai layar, akal sebagai nahkodanya, ilmu sebagai penunjuk arahnya, dan sabar sebagai awak kapalnya.
Luqman Al Hakîm berkata memberikan nasihat kepada anaknya: Sesungguhnya orang yang paling bijak/berakal adalah orang yang berendah diri di hadapan kebenaran dan menerimanya tanpa menentangnya dengan keras kepala dan kesombongan.
Dia melanjutkan: Wahai anakku, sesungguhnya dunia ini bak lautan yang dalam dan jauh dasarnya, banyak makhluk/manusia yang telah tenggelam di dalamnya dan binasa. Maka, siapa pun yang ingin menyeberangi/mengarungi lautan ini dengan selamat dan aman, harus menaiki kapal takwa. Muatan kapal itu adalah keimanan, layarnya adalah bertawakkal dan bergantung pada Allah, nahkodanya adalah akal dan pikiran, penunjuk arahnya adalah ilmu dan pengetahuan, dan jangkar sabar dan keteguhan.
(Kalîmat Mudhîah: 45-46)
Semoga kita digolongkan orang-orang yang menyandang sifat dan sikat tawâdhu’ di hadapan kebenaran, dan selamat dalam menyeberangi lautan kehidupan dunia ini. Âmîn.
